CINTA LUAR BIASA dari LAKI_LAKI YANG BIASA

Karya Asma Nadia dari kumpulan cerpen Cinta Laki-laki Biasa

MENJELANG hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama
herannya.
“Kenapa?” tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.
Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi. Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.

Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon lima belas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yang barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi ta k ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya
menarik nafas, mencoba bicara dan..? menyadari, dia tak punya kata-kata!

Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.
“Kamu pasti bercanda!”
Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda.

Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania! Nania serius!” tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli memang melamarnya.

“Tidak ada yang lucu,” suara Papa tegas, “Papa hanya tidak mengira Rafli berani melamar anak Papa yang paling cantik!” Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.

“Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan?” Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, “maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?”

Nania terkesima. “Kenapa?” Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik. Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca puisi seprovinsi. Suaramu bagus!

Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur. Bakatmu yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau!
Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa, kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian mereka atau satu kata ‘kenapa’ yang barusan Nania lontarkan. “Nania Cuma mau Rafli,” sahutnya pendek dengan airmata mengambang di
kelopak.

Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah. “Tapi kenapa?”

Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa.

Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya. “Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!” Cukup!, Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?

Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli. Barangkali karena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak ‘luar biasa’. Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun Nania menapaki hidup hingga umur dua puluh tiga. Dan nalurinya menerima Rafli. Di sampingnya Nania bahagia.

Mereka akhirnya menikah.
***
Setahun pernikahan.
Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka. Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu
sangat bahagia.

“Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania.” Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan. Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.

“Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu!” “Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar!” “Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses!” Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini dilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.

Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.
Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak! Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan? Rafli juga pintar!

Tidak sepintarmu, Nania.
Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan. Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.

Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma.

“Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli! Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.” Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka
sudah menikah dan sebentar lagi punya anak.
Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti. Padahal Nania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah mereka memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania
lebih dari cukup untuk hidup senang.

“Tak apa,” kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri.
“Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji Abang.”

Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya maksud baik.

“Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya?” Lalu dia mengelus pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Nania cerah.

Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!
Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania. Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.

Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakin gemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah Nania besar, anak-anak pintar dan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu berada di puncak!

Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.

Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik. Cantik ya? dan kaya..! Tak imbang…!
Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.

Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.

***

Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu
dari waktunya. “Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan!”

Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat key dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.

Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang.

Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali.
“Baru pembukaan satu.”, “Belum ada perubahan, Bu.”
“Sudah bertambah sedikit,” kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.

“Sekarang pembukaan satu lebih sedikit.”
Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense of humor yang tinggi.
Tigapuluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah, didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset.

“Masih pembukaan dua, Pak!” Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.

“Bang?”
Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan.
“Dokter?”, “Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar.”

Mungkin? Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu? Bagaimana jika terlambat? Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.

Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun.
Terakhir…telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya,
dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri.

Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.

Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat. “Pendarahan hebat.”

Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.

Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali. Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua mereka.

Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnya dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.

Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.
***

Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan juga anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya.

Tidak sampai empat hari, mereka sudah boleh membawanya pulang.

Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil. Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania dengan Rafli.

Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.

Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra.

Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan kehadirannya.

“Nania, bangun, Cinta?”
Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik. Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikir untuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra.
Kadang lelaki itu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan membacanya dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil tak bosan-bosannya berbisik, “Nania, bangun, Cinta?”

Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan. Asalkan Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumber semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.

Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan ibunya. Di luar itu Rafli tak mempedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.

Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya yang cantik. Nania sudah tidur terlalu lama.

Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya. Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh.

Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.
Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu
cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.

Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?
Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.

Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun.

Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermandi keringat.

Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik. “Baik banget suaminya!”
“Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!”

“Nania beruntung!”, “Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.”, “Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam!”

Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama. Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustrasi, merasa tak berani, merasa?

Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?

Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan. Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya.

Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.

(sumber : RANGGA SATRIYA )

12 Lead EKG Interpretation Part #3

EKG LEADS PLACEMENT BIPOLAR LEADS

Bipolar leads are so named because they require a positive pole and a negative pole. Just like a a battery that have positive an begative poles. The positive electrode is the one that actually “sees” the current coming. The lead that sees the current makes the wave. The direction the current is coming from determines if the wave will face upwards of downwards. Sounds like Greek in England? I apologize but I will try to make it as simple as possible.
Lets review that small paragraph:

  • That bipolar leads have positive and negative poles = CHECK
  • The positive lead is the one that sees the current = CHECK
  • The direction the current is coming from determines the direction of wave deflection = CHECK

So which are these bipolar leads that have positive and negative poles with the positive lead seeing the current? There are 3 bipolar leads in a 12 lead EKG: –

  • Lead I. Measures the current traveling between the right and left arms. The right arm is negative pole and the left arm is positive pole. So, the lead on the left arm is the one that sees the current travelling from the right arm = CHECK
  • Lead II. Measures the current traveling between the right arm and the left leg. The right arm is negative pole and the left leg is positive pole. So, the lead on the left leg sees the current coming from the right arm. = CHECK
  • Lead III. Measures the current traveling between the left arm and the left leg. The left arm is the negative pole and the left leg is the positive pole. Likewise, the lead on theleft leg sees the current coming from the left larm. =CHECK

You’ll notice that in the bipolar leads the right arm is always negative and the left leg is always positive. Also note that the left arm can be positive or negative depending on which lead it is a part of. If you join leads I, II, and III at the middle, you get the triaxial diagram

AUGMENTED LEADS:

· aVR. Measures the current traveling toward the right arm. This is a positive electrode. The electrode is on the right arm.
· aVL. Measures the current traveling toward the left arm. This is a positive electrode. The electrode is on the left arm.
· aVF. Measures the current traveling toward the left foot (or leg). This is a positive electrode. The electrode is on the left leg.

These are called augmented leads because they generate such small waveforms on the EKG paper that the EKG machine must augment (increase) the size of the waveforms so they’ll show up on the EKG paper. These leads are also unipolar, meaning they require only one electrode to make the leads. In order for the EKG machine to augment the leads, it uses a midway point between the other two limbs as a negative reference point
Both the bipolar and augmented leads are also called frontal leads because they look at the heart from only the front of the body.

PRECORDIAL (CHEST) LEADS

These leads are located on the chest. They are also unipolar leads, and each one is a positive electrode. The precordial leads see a wraparound view of the heart from the horizontal plane. These leads are named V1, V2, V3, V4, V5, and V6.

FACTS ABOUT EKG

· An impulse traveling toward (or parallel to) a positive electrode writes a positive complex on the EKG paper.
· An impulse traveling away from a positive electrode writes a negative complex.
· An impulse traveling perpendicularly to the positive electrode writes an isoelectric complex (one that is as much positive as it is negative).
· If there is no impulse at all, there will be no complex¾just a flat line.

NORMAL QRS DEFLECTIONS

How should the QRS complexes in the normal EKG look? Let’s look at the frontal leads:

  • Lead I Should be positive.
  • Lead II Should be positive.
  • Lead III Should be small but mostly positive.
  • aVR Should be negative.
  • aVL Should be positive.
  • aVF Should be positive.

 

related link :

1. 12 lead EKG interpretation part 1

2. 12 lead EKG interpretation part 2

3. Basic arrythmia interpretation

4. Heart anatomy and physiology review

TAHAP DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pada tahun 1953, istilah diagnosa keperawatan diperkenalkan oleh V. Fry dengan menguraikan langkah yang diperlukan dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (1990, dalam Carpenito, 1997) diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan/ proses kehidupan yang aktual atau risiko.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Adapun persyaratan dari diagnosa keperawatan adalah perumusan harus jelas dan singkat dari respons klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan arahan pada asuhan keperawatan, dapat dilaksanakan oleh perawat dan mencerminkan keadaan kesehatan klien.

1.Tipe Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah struktur dan proses. Struktur diagnosa keperawatan komponennya tergantung pada tipenya, antara lain:

a.Diagnosa keperawatan aktual (Actual Nursing Diagnoses).
Diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan yang secara klinis telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang dapat diidentifikasi. Tipe dari diagnosa keperawatan ini mempunyai empat komponen yaitu label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor-faktor yang berhubungan (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).

b.Diagnosa keperawatan risiko dan risiko tinggi (Risk and High-Risk Nursing Diagnoses), adalah keputusan klinis bahwa individu, keluarga dan masyarakat sangat rentan untuk mengalami masalah bila tidak diantisipasi oleh tenaga keperawatan, dibanding yang lain pada situasi yang sama atau hampir sama (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).

c.Diagnosa keperawatan kemungkinan (Possible Nursing Diagnoses), adalah pernyataan tentang masalah-masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan. Namun banyak perawat-perawat telah diperkenalkan untuk menghindari sesuatu yang bersifat sementara dan NANDA tidak mengeluarkan diagnosa keperawatan untuk jenis ini (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).

d.Diagnosa keperawatan sejahtera (Wellness Nursing Diagnoses), adalah ketentuan klinis mengenai individu, keluarga dan masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ketingkat kesehatan yang lebih baik. Pernyataan diagnostik untuk diagnosa keperawatan sejahtera merupakan bagian dari pernyataan yang berisikan hanya sebuah label. Label ini dimulai dengan “Potensial terhadap peningkatan…….”, diikuti tingkat sejahtera yang lebih tinggi yang dikehendaki oleh individu atau keluarga, misal “Potensial terhadap peningkatan proses keluarga” (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).

e.Diagnosa keperawatan sindroma (Syndrome Nursing Diagnoses), terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau risiko tinggi yang diduga akan tampak karena suatu kejadian atau situasi tertentu. NANDA telah menyetujui dua diagnosa keperawatan sindrom yaitu “Sindrom trauma perkosaan” dan “Risiko terhadap sindrom disuse” (Carpenito, 1997).

2.Komponen Rumusan Diagnosa Keperawatan.
Secara umum diagnosa keperawatan yang lazim dipergunakan oleh perawat di Indonesia adalah diagnosa keperawatan aktual dan diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi yang dalam perumusannya menggunakan tiga komponen utama dengan merujuk pada hasil analisa data, meliputi: problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/symptom (tanda/ gejala).

Problem (masalah), adalah gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan karena adanya kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
Etiologi (penyebab), adalah keadaan yang menunjukkan penyebab terjadinya problem (masalah).
Sign/symptom (tanda/ gejala), adalah ciri, tanda atau gejala relevan yang muncul sebagai akibat adanya masalah.

Dalam perumusannya sebuah diagnosa keperawatan dapat menggunakan 3 komponen atau 2 komponen yang sangat tergantung kepada tipe dari diagnosa keperawatan itu sendiri. Secara singkat rumusan diagnosa keperawatan dapat disajikan dalam rumus sebagai berikut:

Diagnosa keperawatan aktual:

Contoh: Nyeri kepala akut (Problem) berhubungan dengan peningkatan tekanan dan iritasi vaskuler serebral (Etiologi) ditandai oleh, mengeluh nyeri kepala, sulit beristirahat, skala nyeri: 8, wajah tampak menahan nyeri, klien gelisah, keadaan umum lemah, adanya luka robek akibat trauma pada kepala bagian atas, nadi: 90 X/ m (Sign/Simptom).

Diagnosa keperawatan risiko/ risiko tinggi:

Contoh: Risiko infeksi (Problem) berhubungan dengan adanya luka trauma jaringan (Etiologi)

Pada diagnosa risiko, tanda/gejala sering tidak dijumpai hal ini disebabkan kerena masalah belum terjadi, tetapi mempunyai risiko untuk terjadi apabila tidak mendapatkan intervensi atau pencegahan dini yang dilakukan oleh perawat.

3. Persyaratan Diagnosa Keperawatan.
Persyaratan diagnosa keperawatan, meliputi:
1) Perumusan harus jelas dan singkat berdasarkan respon klien terhadap Situasi atau keadaan kesehatan yang sedang dihadapi.
2) Spesifik dan akurat.
3) Merupakan pernyataan dari: P(Problem)+ E (Etiologi)+S (Sign/Simptom)
atau P (Problem) + E (Etiologi).
4) Memberikan arahan pada rencana asuhan keperawatan.
5) Dapat dilaksanakan intervensi keperawatan oleh perawat.

4.Prioritas Diagnosa Keperawatan.
Menyusun prioritas sebuah diagnosa keperawatan hendaknya diurutkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan utama klien, dengan kategori:

1). Berdasarkan tingkat Kegawatan
a.Keadaan yang mengancam kehidupan.
b.Keadaan yang tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan.
c.Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.

2 ).Berdasarkan Kebutuhan maslow,yaitu Kebutuhan fisiologis,kebutuhan keamanan dan keselamatan,kebutuhan mencintai dan dicintai,kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
3). Berdasarkan sarana/sumber yang tersedia,

5.Perbedaan Diagnosa Keperawatan Dengan Diagnosa Medis.
Beberapa perbedaan antara diagnosa keperawatan dengan diagnosa medis dibawah ini:

Diagnosa keperawatan :
Berfokus pada respons atau reaksi klien terhadap penyakitnya.
Berorientasi pada kebutuhan individu, bio-psiko-sosio-spiritual.
Berubah sesuai dengan perubahan respons klien.
Mengarah kepada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi.

Diagnosa Medis :
Berfokus pada faktor-faktor yang bersifat pengobatan dan penyembuhan penyakit.
Berorientasi kepada keadaan patologis
Cenderung tetap, mulai dari sakit sampai sembuh.
Mengarah kepada tindakan medik yang sebahagian besar dikolaborasikan kepada perawat.

Antara bidadari dan penghuni surga

Diagnosis dan Penatalaksanaan Keseimbangan Elektrolit

BAB I
PENDAHULUAN

Tubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai proses fisikokimia yang menunjang kehidupan sehari – hari. Tubuh selalu berusaha agar segala sesuatu yang ada didalamnya berada dalam rentang konstan agar tercapai keadaan homeostasis. Seluruh sistem metabolisme bekerja sama dengan harmonis satu sama lain dalam menjalankan fungsinya masing – masing. 1,2
Elektrolit dan cairan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menjaga keseimbangan ini. Secara kimiawi, elektrolit adalah unsur – unsur yang berperan sebagai ion dalam larutan dan memiliki kapasitas untuk konduksi listrik. Dan keseimbangan elektrolit merupakan suatu hal yang penting agar sel dan organ dapat berfungsi secara normal. Elektrolit terdiri atas kation dan anion. Di dalam tubuh ada beberapa kation yang penting yaitu, natrium, kalium, kalsium dan magnesium. Sedangkan anion yang penting adalah klorida, bikarbonat, dan fosfat.1,2,3
Gangguan keseimbangan elektrolit diartikan sebagai suatu keadaan dimana kadar elektrolit di dalam darah berada dalam rentang nilai yang tidak normal. Bisa melebihi nilai normal atau dibawah nilai normal. Implikasi dari keadaan ini berpengaruh dalam hal keseimbangan cairan dan fungsi – fungsi organ tubuh lainnya. Berbagai macam hal dapat menyebabkan ketidakseimbangan ini. Ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan asupan serta ekskresi adalah penyebab utamanya. Adanya gangguan dari sistem regulasi yang berperan, juga memberikan dampak dalam keseimbangan elektrolit.1,3
Dalam praktek klinik sehari – hari gangguan elektrolit merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai. Keadaan ini biasanya merupakan bagian manifestasi klinis dari penyakit dasar yang diderita pasien. Hampir 20 % pasien rawat inap mengalami gangguan elektrolit, yang disebabkan oleh bermacam hal, sehingga dalam pembiayaanpun menjadi hal yang diperhitungkan.4,5
Gangguan elektrolit seringkali terdiagnosis saat pasien dirawat di rumah sakit, terutama pada pasien – pasien dengan penyakit kritis. Keadaan ini berhubungan dengan meningkatnya risiko mortalitas di rumah sakit. Insidensi gangguan elektrolit terbanyak adalah gangguan kalium dan natrium. Sebanyak lebih dari 21 % pasien di rumah sakit mengalami hipokalemia dan 15 – 20 % mengalami hiponatremia. Pasien – pasien dengan hiperkalemia mencapai 1 – 10 %, sedangkan hipernatremia 0,3 – 5,5 % dari seluruh pasien yang dirawat. Hiperkalsemia terjadi pada lebih dari 70 % kasus keganasan. Hipomagnesemia muncul pada lebih dari 12% pasien, yang terkadang sering diabaikan oleh para klinisi. 6,7,8,9,10,11
Mengingat tingginya angka kejadian gangguan keseimbangan elektrolit dalam praktek klinik sehari–hari, terutama gangguan keseimbangan natrium, kalium, kalsium dan magnesium, maka perlu adanya suatu pemahaman yang lebih baik. Dengan pemahaman ini, akan memudahkan dalam hal penentuan diagnosis yang cepat dan akurat, sehingga terapi dan penatalaksanaan dapat diberikan dengan cepat dan akurat pula. Atas dasar inilah refrat ini ditulis.

BAB II
FISIOLOGI ELEKTROLIT

2.1. Keseimbangan Natrium dan Cairan
Natrium adalah kation utama cairan ekstraseluler (CES). Dalam kondisi fisiologis, Natrium (Na) serum memiliki rentang nilai antara 138 – 142 mmol/L. Untuk menilai jumlah total partikel dalam darah, maka perlu diukur osmolalitas serum. Osmolalitas serum memiliki nilai berkisar antara 280 – 290 mOsm/kgH2O. Osmolalitas diukur dengan rumus3 :
P_osm=2(Na)+(Nitrogen urea darah (mg/dl))/2,8+(glukosa(mg/dl))/18

Peningkatan osmolalitas akibat absorpsi Na atau kehilangan cairan yang berlebihan, menyebabkan cairan intraseluler keluar untuk menyeimbangkan tekanan osmotik. Untuk itu, perlu adanya suatu osmoregulator. Dalam hal ini, ada suatu sensor atau osmoreseptor yang ada di hipotalamus, dan Anti Diuretic Hormone (ADH), yang dikenal juga dengan antidiuretin atau vasopressin. Ginjal berperan sebagai organ target ADH. 12,13
Naik turunnya ekskresi natrium dalam urin diatur oleh filtrasi glomerulus dan reabsorpsi oleh tubulus ginjal. Kondisi hipervolemi dan peningkatan asupan Na akan meningkatkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG), begitupula sebaliknya. Perubahan pada LFG akan mempengaruhi reabsorpsi natrium di tubulus. Hampir 99 % Na yang sudah difiltrasi direabsorpsi kembali. Paling banyak direabsorpsi di tubulus proksimal 65 %, ansa henle 25 – 30 %, dan 5 % saja di tubulus distal dan 4 % di duktus koligentes.12,13
Setiap hari, sekitar 8 – 15 mg Natrium diabsorpsi setiap harinya. Ginjal harus mengekskresikan dalam jumlah yang sama setiap waktu, untuk mempertahankan homeostasis CES. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi regulasi ini adalah 12:
Sistem Renin Angiotensin / Renin Angiotensin System ( RAS )
Aktivasi sistem ini meningkatkan retensi natrium melalui angiotensin II, aldosteron dan ADH
Atriopeptin / Atrial Natriuretic Peptide (ANP)
Adalah hormon peptida yang disekresikan oleh sel spesifik dari atrium jantung sebagai respon terhadap peningkatan volume CES. Hormon ini meningkatkan ekskresi Na pada ginjal dengan meningkatkan fraksi filtrasi dan menginhibisi reasorpsi natrium dari duktus koligentes.
ADH
Sekresi hormon ini distimulasi oleh :
Peningkatan osmolalitas plasma dan cairan serebrospinal
Reflek Gauer-Henry, yang muncul ketika terjadi peregangan reseptor di atrium yang memberikan sinyal ke hipotalamus bahwa telah terjadi penurunan jumlah CES > 10 %.
Angiotensin II
Aldosteron
Efek hormon ini adalah menstimulasi reabsorpsi natrium. Sekresi hormon ini distimulasi oleh angiotensin II

Gbr. 1. Regulasi Keseimbangan Air dan Garam12
2.2. Keseimbangan Kalium
Kalium (K) adalah kation utama kompartemen cairan intraseluler ( CIS ). Sekitar 90 % asupan kalium diekskresikan di urin dan 10 % di feses. Konsentrasi normal kalium di plasma adalah 3,5 – 4,8 mmol/L, sedangkan konsentrasi intraseluler dapat 30 kali lebih tinggi, dan jumlahnya mencapai 98 % dari jumlah K keseluruhan. Walaupun kadar kalium di dalam CES hanya berkisar 2 % saja, akan tetapi memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga homeostasis. Perubahan sedikit saja pada kalium intraseluler, akan berdampak besar pada konsentrasi kalium plasma.2,14
Keseimbangan Kalium diatur dengan menyeimbangkan antara pemasukan dan ekskresi, serta distribusi antara intrasel dan ekstrasel. Regulasi akut kalium ekstraseluler dicapai dengan perpindahan kalium internal antara CES dan CIS. Ketika kadar kalium ekstrasel meningkat akibat asupan yang banyak, atau disebabkan oleh pembebasan kalium internal, maka regulasi akut ini akan terjadi. Regulasi ini merupakan kontrol hormonal, yaitu1,2,14 :
Insulin disekresikan segera setelah makan, dan ini akan menstimulasi Na, K, ATPase dan mendistribusikan Kalium yang didapat dari sel–sel makhluk hidup yang dimakan ke intrasel.
Epinefrin meningkatkan ambilan kalium sel, yang mana penting untuk kerja otot dan trauma. Kedua kondisi ini memicu terjadinya peningkatan kalium plasma.
Aldosteron juga berperan dalam meningkatkan konsentrasi kalium intraseluler.
Perubahan pH mempengaruhi distribusi kalium ekstra dan intraseluler. Pada asidosis, konsentrasi K ekstraseluler meningkat, sedangkan alkalosis cenderung membuat hipokalemia.
Regulasi kronik untuk homeostasis K adalah oleh ginjal. 65 % dari K yang difiltrasi, direabsorpsi sebelum mencapai akhir dari tubulus proksimal ginjal, 20% di tubulus distal, dan 15 % lainnya di ansa henle. Jumlah ekskersi kalium ditentukan pada tubulus penghubung dan duktus koligentes Besarnya jumlah K yang direabsorpsi atau disekresi tergantung kepada kebutuhan. Pada keadaan dimana pemasukan berlebihan, maka ekskresi akan meningkat, begitupula sebaliknya.13,14

2.3. Keseimbangan Kalsium
Ion kalsium (Ca) merupakan elektrolit yang banyak terdapat di ekstraseluler, dimana 99 % disimpan di tulang. Kadar normal kalsium plasma adalah 8,1 – 10,5 mmol/L. Ca berfungsi pada sistem neuromuskular, konduksi saraf, kontraksi otot, relaksasi otot, dan juga penting untuk mineralisasi tulang dan merupakan kofaktor penting untuk sekresi hormon pada organ endokrin. Pada tingkat sel, Ca merupakan regulator penting untuk transpor ion dan integritas membran. Tulang berperan ganda, dimana berperan sebagai yang mengambil kalsium untuk stabilitas dan sebagai depot untuk keadaan suplai kalsium yang rendah.2,9
Paratiroid Hormon (PTH), adalah suatu faktor yang penting dalam regulasi keseimbangan kalsium dengan menurunkan ekskresi dan meningkatkan absorpsi kalsium di ginjal dengan bantuan 1,25 COH2 Vitamin D3 (calcitrol), dan merangsang osteoklas melepaskan kalsium dari tulang. Efek PTH di tubulus adalah merangsang aktifitas 1 alfa hidroksilase yang akan memicu produksi calcitrol. PTH meningkatkan reabsorpsi Ca di TAL, dan begitu juga pada tubulus distal. Selain itu, calcitrol juga akan meningkatkan absorpsi kalsium di intestinal. PTH bergantung kepada Calsium Sensing Reseptor (CSR) untuk mendeteksi adanya kelebihan kalium serum, dan menghambat sekresi PTH. PTH disekresikan oleh chief cells pada kelenjar paratiroid yang akan meningkatkan kadar kalsium darah.2,9
Reasorbsi kalsium terjadi pada semua tubulus ginjal. 60 – 70 % terjadi di tubulus proksimal, 30 % di Thick Ascending Limb (TAL) dari ansa henle. Karena reasorpsi Ca pada TAL bergantung kepada reabsorpsi NaCl, maka pada loop diuretic, kalsium diinhibisi untuk direabsorpsi. Asidosis menghambat reabsorpsi kalsium dengan mekanisme yang belum dapat dipahami.9,15,16

2.4. Keseimbangan Magnesium
Magnesium (Mg) adalah kation keempat terbanyak di dalam tubuh dan kation ektraseluler kedua terbanyak. Konsentrasi magnesium plasma berkisar 0,7 – 1,2 mmol/L atau 1,5 – 1,9 mEq/L. Dan hampir 50 % terikat dengan protein. Magnesium berperan penting dalam ratusan reaksi enzim yang merupakan hal esensial bagi tubuh. Juga berperan dalam fungsi sel, termasuk transfer energi, penyimpanan dan penggunaan protein dan karbohidrat dan metabolisme lemak. Berperan juga dalam mempertahankan fungsi membran sel, dan regulasi sekresi hormon paratiroid. Sekitar 60 – 65 % dari magnesium tubuh disimpan di tulang dan selebihnya di dalam sel. Hanya 1 % saja yang terdapat di ekstraseluler. Tulang merupakan reservoir bagi Mg. Selebihnya dalam bentuk ion bebas di plasma. Keseimbangan Mg melibatkan ginjal, usus halus, dan tulang. 2,8
Hampir 80 % magnesium difiltrasi diglomerulus, dan direasorpsi disepanjang nefron. Mg direabsorpsi 15 % pada tubulus proximal. Sekitar 70 % terjadi reabsorpsi paraseluler di Thick Ascending Limb (TAL) dari ansa henle. Sebanyak 10 – 15 % lainnya dengan reabsorpsi transeluler di tubulus distal. Regulasi ekskresi Mg2+ distimulasi oleh hipermagnesemia, hiperkalsemia, hipervolemia dan loop diuretik. Dan mekanisme penghambat dipengaruhi oleh defisit magnesium, kalsium dan volume cairan. Dan juga dipengaruhi hormon paratiroid yang bekerja pada TAL. Seperti pada kalsium, Mg juga berperan dalam regulasi sekresi PTH. Keadaan dimana kadar Mg plasma meningkat, akan menekan pelepasan PTH, begitu juga sebaliknya.2,8

BAB III
ETIOPATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

3.1. Gangguan Keseimbangan Natrium
3.1.1. Hiponatremia
Hiponatremia dapat terjadi pada keadaan tonisitas atau osmolalitas yang rendah, normal ataupun tinggi. Sebagian besar kejadian hiponatremia berkaitan dengan hipotonisitas, yang berarti bila jumlah asupan cairan melebihi kemampuan eskresi.1,17,18
Etiologi dari hiponatremia dapat dibagi atas1,17 :
Hiponatremia dengan osmolalitas plasma normal
pemberian cairan iso-osmotik yang tidak mengandung natrium ke cairan ekstra sel dapat menimbulkan hiponatremia dengan osmolalitas plasma normal. Termasuk dalam hal ini, keadaan hiperproteinemia dan hiperlipidemia
Hiponatremia dengan osmolalitas plasma tinggi
Pada keadaan osmolalitas plasma yang tinggi, seperti pada keadaan hiperglikemia berat atau pemberian manitol intravena. Cairan intrasel akan keluar ke ekstrasel menyebabkan dilusi cairan ekstrasel, dan menyebabkan hiponatremia.
Hiponatremia dengan osmolalitas plasma rendah
Terjadi pada keadaan seperti gagal jantung, sirosis, insufisiensi renal, sindroma nefrotik. Keadaan-keadaan ini terjadi dengan volume CES yang meningkat. Pada SIADH, volume CES normal dan pada keadaan muntah atau pada pemakaian diuretik, volume CES menurun.
Hiponatremia akut diartikan sebagai kejadian hiponatremia dalam jangka waktu kurang dari 48 jam. Pada keadaan ini tertjadi perpindahan cairan dari ekstrasel ke intrasel, termasuk ke sel otak. Hal ini akan menyebabkan terjadinya edema otak yang mana keadaan ini merupakan keadaan berat yang dapat menyebabkan kejang dan penurunan kesadaran. Edema otak yang terjadi, dibatasi oleh kranium disekitarnya, yang mengakibatkan terjadinya hipertensi intrakranial dengan resiko brain injury17,18
Hiponatremia kronik diartikan sebagai keadaan hiponatremia dalam jangka waktu yang lebih dari 48 jam. Gejala yang timbul tidak berat karena ada proses adaptasi. Pada keadaan ini, cairan akan keluar dari jaringan otak dalam beberapa jam. Gejala yang timbul hanya berupa lemas dan mengantuk, bahkan dapat tanpa gejala. Keadaan ini dikenal juga dengan hiponatremia asimtomatik. Namun perlu diperhatikan pada proses adaptasi ini dapat menjadi proses yang berlebihan yang berisiko terjadinya demyelinisasi osmotik.1,18
3.1.2 Hipernatremia
Hipernatremia adalah suatu keadaan dengan defisit cairan relatif, dalam artian merupakan keadaan hipertonisitas, atau hiperosmolalitas. Etiologi dari hipernatremia adalah10,19 :
Adanya defisit cairan tubuh akibat ekskresi air yang melebihi ekskresi natrium. Seperti pada pengeluaran keringat, insesible water loss, diare osmotik akibat pemberian laktulosa atau sorbitol
Asupan air yang kurang, pada pasien dengan gangguan pusat rasa haus di hipotalamus akibat tumor dan gangguan vaskuler
Penambahan natrium yang berlebihan, seperti pada koreksi asidosis dengan bikarbonat, atau pemberian natrium yang berlebihan
Masuknya air tanpa elektrolit ke dalam sel, misalnya setelah latihan fisik berat.
Keadaan hipernatremia akan membuat cairan intraseluler keluar ke ekstraseluler untuk menyeimbangkan osmolalitas cairan ekstrasel. Hal ini akan membuat terjadinya pengkerutan sel, dan bila terjadi pada sel saraf sistem saraf pusat, maka akan menimbulkan disfungsi kognitif, seperti lemah, bingung, sampai kejang.10,19

3.2. Gangguan Keseimbangan Kalium
3.2.1. Hipokalemia
Penyebab hipokalemia antara lain1,7,13 :
Asupan kalium yang kurang. Secara fisiologis, ekskresi kalium di ginjal sebanding dengan jumlah asupan. Hipokalemia jarang yang hanya disebabkan asupan kalium yang rendah saja.
Pengeluaran Kalium yang berlebihan. Ekskresi kalium dapat melalui sistem pencernaan, keringat atau ginjal. Beberapa etiologi ekskresi kalium meningkat adalah muntah, pemakaian NGT, diare, pemakaian diuretik loop dan tiazid serta hiperaldosteronisme.
Kalium berpindah dari ekstrasel ke intrasel (Redistribusi). Terjadi pada keadaan alkalosis, pemberian insulin, pemakaian beta 2 agonis, paralysis periodic hypokalemic, dan hipotermia. Konsentrasi ion kalium pada pada ekstrasel sangat keci dan keadaan ini tidak tercermin pada jumlah kalium serum. Pada hipokalemia kronik, penurunan kalium serum 1 mmol/L sebanding dengan defisit 200 mmol/L kalium total tubuh, maka perlu dipertahankan kalium serum > 4 mEq/L.
Defisiensi kalium dapat mempengaruhi berbagai sistem organ, seperti sistem kardiovaskuler, otot dan ginjal. Hipokalemia dapat menyebabkan hipertensi dan aritmia ventrikel. Mekanisme terjadinya hipertensi masih belum dapat dijelaskan dengan baik. Akan tetapi, keadaan ini dihubungkan dengan retensi garam di ginjal, selain akibat berbagai proses hormonal. Aritmia terjadi akibat membran potensial otot jantung yang terdepolarisasi sebagian, sehingga terjadi automatisasi, atau akan muncul gelombang ‘u’, dan pemanjangan QT. Gangguan jantung diperburuk oleh pengobatan digoksin dan pasien dengan iskemia. Keadaan hipokalemia dapat memeperburuk hiperglikemia pada pasien diabetes, akibat pengaruh terhadap pelepasan insulin dan sensitivitas organ terhadap insulin. Rabdomiolisis dapat terjadi sebagai akibat dari hiperpolarisasi sel otot rangka, selain adanya gejala kram, mialgia, dan mudah lelah. Hipokalemia dapat mempengaruhi keseimbangan asam basa sistemik, melalui efek terhadap berbagai komponen dari regulasi asam basa di ginjal. 20
3.2.2. Hiperkalemia
Ada 2 mekanisme terjadinya hiperkalemia, yaitu1,20 :
Kelebihan asupan kalium melalui makanan. Buah–buahan dan sayur–sayuran banyak mengandung kalium. Campuran garam dapat mengandung kalium, dan kelebihan asupan dapat terjadi pada pemberian makanan enteral.
Keluarnya kalium dari intra sel ke ekstrasel. Keadaan asidosis metabolik, selain yang disebabkan oleh KAD atau asidosis laktat, defisisensi insulin, pemakaian beta blocker, dan pseudohiperkalemia akibat pengambilan sampel darah yang lisis. Kelainan klinik bergantung kepada kadar kalsium, dan keseimbangan asam-basa.
Berkurangnya ekskresi melalui ginjal. Terjadi pada keadaan hiperaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi volume sirkulasi efektif pada CHF dan pemakaian siklosporin. Dewasa ini diketahui pemakaian ACE inhibitor juga faktor resiko untuk hiperkalemia.
Pada hiperkalemia, terjadi peningkatan kepekaan membran sel, sehingga dengan sedikit perubahan depolarisasi, potensial aksi dapat dengan mudah terjadi. Hal ini menimbulkan kelemahan otot sampai paralisis dan gagal nafas. Gejala yang paling buruk adalah penurunan kecepatan sistem konduksi miokard dan meningkatkan repolarisasi miokard. Gangguan konduksi akan menimbulkan pemanjangan PR interval, gelombang P yang mendatar atau QRS kompleks melebar pada EKG. Peningkatan repolarisasi akan menimbulkan gelombang T yang meninggi ( peaked T waves ), yang merupakan keadaan yang berisiko terjadinya aritmia.21

3.3. Gangguan Keseimbangan Kalsium
3.3.1 Hipokalsemia
Keseimbangan kalsium diatur oleh hormon paratiroid (PTH) dan Vitamin D. Hormon paratiroid bergantung kepada Calsium-sensing reseptor (CSR), untuk mendeteksi adanya kelebihan kalium serum, dan merangsang PTH yang akan meningkatkan kadar kalsium darah. Apabila CSR ini tidak ada maka akan terjadi hipokalsemia. Pada gagal ginjal, PTH menstimulasi reabsorpsi osteoklas tulang. Pada hipokalsemia serum, belum tentu terjadi hipokalsemia total. Total serum dapat tergambar dari penurunan albumin pada penyakit sirosis, sindroma nefrotik dan malnutrisi. Hipokalsemi dapat menyebabkan iritabilitas dan tetani. Pada keadaan alkalosis, dapat menimbulkan tetani akibat penurunan kadar kalsium.21
Penyebab hipokalsemia antara lain:
Hipoparatiroidisme. Keadaan ini dapat herediter maupun didapat. Untuk yang didapat, bisa terjadi karena iradiasi leher atau pasca paratiroidektomi, yang dikenal dengan Hungry Bone Syndrome. Keadaan ini memberikan efek tulang yang akan meabsorpsi Ca dalam jumlah besar
Penyebab yang berhubungan dengan Vitamin D yaitu, asupan yang kurang, dan gangguan absorpsi. Pada keadaan penyakit kritis dan sepsis berat dapat menjadi penyebab.21,22
Pada keadaan hipokalsemia, terjadi peningkatan eksitabilitas saraf di tangan dan lengan, yang disebabkan oleh hipokalsemia, dan bila iskemia dibuat, yaitu dengan menggunakan sfigmomanometer, akan muncul twitching. Keadaan in dikenal dengan Trousseau’s Sign. Chovtek’s Sign dapat muncul dengan cara mengetok pada titik tertentu pada wajah, yang ditandai dengan adanya respon berupa twitching. Mekanisme terjadinya adalah adanya stimulasi mekanik langsung serabut motorik wajah. Pada sistem kardiovaskuler, efek berat hipokalsemia adalah ‘QT’ memanjang pada dan ST interval yang memanjang pada EKG.22
3.3.2. Hiperkalsemia
Pada 90% kasus hiperkalsemia disebabkan oleh keganasan dan hiperparatiroidisme. Pada keganasan, disekresikan suatu PTH-related peptide yang akan meningkatkan kadar Ca plasma. Keadaan ini muncul pada 80% kasus hiperkalsemia pada keganasan. Pada 20 % kasus lainnya, terjadi akibat hiperkalsemia osteolitik, dimana terjadi aktifitas osteoklastik yang mana terjadi resorpsi tulang di sekitar jaringan tumor. Hal ini terjadi pada tumor dengan metastase ke tulang.23
Hiperkalsemia mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Akan tetapi yang paling utama adalah sistem saraf pusat dan ginjal. Pada sistem saraf pusat, kalsium memberikan efek sebagai depresan langsung. Sehingga pada keadaan kalsium yang tinggi, akan terjadi gangguan psikis berupa ansietas, depresi dan perubahan kepribadian, Pada keadaan lanjut, dapat menyebabkan penurunan kesadaran, bahkan kematian. Efek pada ginjal adalah nefrolitiasis akibat dari hiperkalsiuria. Selain itu dapat terjadi poliuria dan polidipsia. Fungsi ginjal menurun akibat vasokonstriksi renal akibat hiperkalsemia. Efek pada saluran pencernaan adalah berupa mual, muntah, konstipasi atau diare. Pada kardiovaskler, efek hiperkalsemia adalah berupa pemendekan QT, pelebaran gelombang t, dan pelebaran QRS kompleks.2,9

3.4. Gangguan Keseimbangan Magnesium
3.4.1. Hipomagnesemia
Secara umum, hipomagnesemia terjadi akibat kehilangan pada sistem pencernaan atau pada ginjal. Asupan yang kurang dapat pula menjadi penyebab. Hal ini biasa terjadi pada alkoholik, pemberian nutrisi enteral dalam jangka waktu yang lama atau kelainan hipomagnesemia genetik. Redistribusi dari intrasel ke ekstra sel terjadi pada keadaan hungry bone syndrome, hiperadrenergik, pankreatitis akut dan Refeeding syndrome. Gangguan Sistem Pencernaan seperti pada semua penyakit diare dapat menyebabkan hipomagnesemia. Gangguan malabsorpsi juga merupakan penyebab, dimana sering merupakan kelainan genetik.2,8
Ekskresi pada ginjal yang banyak terjadi pada penggunaan diuretik, alkoholik akibat gangguan reasorbsi, hiperkalsemia, ekspansi volume cairan ekstrasel, dan obat – obatan nefrotoksin seperti aminoglikosida, sisplatin, siklosforin A, dan amfoterisin dan pentamidin. Barrter Syndrome dan Gitelman Syndrome juga merupakan bagian dari kelompok penyebab ini, dimana Bartter Syndrome merupakan kelainan pada transporter NaCl pada ansa henle ginjal, sedangkan Gitelman Syndrome merupakan defek genetik yang berhubungan dengan transporter NaCl pada tubulus distal ginjal.8,15

3.4.2. Hipermagnesemia
Hipermagnesemia dapat terjadi pada keadaan gangguan ginjal terminal, dimana ginjal tidak dapat lagi mengekskresikan Mg sebagai mana mestinya. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh asupan yang berlebihan, walaupun sangat jarang terjadi. Penyebab paling banyak adalah akibat penggunaan obat–obatan yang mengandung magnesium seperti pada antasida dan beberapa laksansia. Penyebab lainnya adalah penggunaan litium untuk terapi maupun diagnostik, hipotiroidisme, penyakit adison, penyakit hipokalsiurik hiperkalsemia, milk alkali syndrome dan ketoasidosis diabetik. Selain itu, pada keadaan kerusakan jaringan eksesif, seperti syok, sepsis atau luka bakar, juga dapat menjadi penyebab. Hemolisis juga dapat menjadi faktor pencetus hipermagnesemia, mengingat kadar Mg eritrosit tiga kali lebih banyak dari Mg serum.2,21

BAB IV
DIAGNOSIS

4.1. Diagnosis Gangguan Keseimbangan Natrium
4.1.1 Diagnosis Hiponatremia
Diagnosis ditegakkan bila natrium dibawah 135 mmol/L. Berdasarkan klinis, hal yang penting kita tentukan adalah hiponatremia akut yang ditandai dengan gejala kesadaran yang menurun dan kejang. Sedangkan hiponateremia kronik ditandai dengan mengantuk dan lemas saja, bahkan tanpa gejala. Dan untuk menentukan penyebab hiponatremia, perlu dilakukan pemeriksaan osmolalitas serum, penilaian status Extracelluler Volume (ECV) dan natrium urin. ECV diukur menggunakan perangkat laboratorium. Secara langsung, ECV diukur dengan menggunakan zat kontras, dan diberi label dengan inulin, manitol dan sorbitol.2,17,18

Gbr. 2. Algoritma Penelusuran Etiologi Hiponatremia17
4.1.2 Diagnosis Hipernatremia
Diagnosis ditegakkan bila natrium palsma meningkat secara akut dengan nilai di atas 155 mEq/L. Dan berakibat fatal bila diatas 185 mEq/L Berdasarkan klinis dapat kita temui letargi, lemas, twitching, kejang dan akhirnya koma. Untuk menentukan etiologi, selain pengukuran natrium serum, perlu dilakukan pengukuran natrium urin dan dilakukan penilaian untuk osmolalitas urin.2,17,19

Gbr. 3. Algoritma Penelusuran Etiologi Hipernatremia17

4.2. Diagnosis Gangguan Keseimbangan Kalium
4.2.1. Diagnosis Hipokalemia
Diagnosis hipokalemia didasarkan kepada hasil pengukuran kalium serum kecil dari 3,5 mmol/L. Untuk mengetahui penyebab, dilanjutkan dengan pengukuran kalium urin, status asam basa dan Transtubular Kalium Consentration Gradient (TTKG). Indeks ini menggambarkan konservasi kalium pada duktus koligentes di korteks ginjal. Diukur dengan perhitungan :1,2,17
TTKG=(K urin)/(K plasma) ∶ (Osmolalitas Urin)/(Osmolalitas Plasma)
Etiologi hipokalemia dapat berupa1,2,17 :
Hipokalemia dengan ekskresi kalium pada urin meningkat menunjukkan adanya pembuangan yang berlebihan
Hipokalemia dengan ekskresi kalium rendah dengan asidosis metabolik menunjukkan adanya pembuangan kalium yang berlebihan pada saluran cerna seperti pada diare.
Hipokalemia dengan ekskresi kalium rendah dengan alkalosis metabolik menunjukkan adanya muntah kronik atau pemberian diuretik jangka lama.
Hipokalemia dengan ekskresi kalium rendah dengan alkalosis metabolik dan disertai hipotensi, merupakan pertanda Sindroma Bartter
Hipokalemia dengan ekskresi kalium tinggi dengan alkalosis metabolik dan disertai tekanan darah tinggi merupakan pertanda hiperaldosteronisme primer
Gejala hipokalemia dapat berupa kembung, otot kram, mialgia dan mudah lelah. Bisa didapatkan hipertensi, dan perubahan pada EKG, yaitu gelombang ‘u’, QT memanjang, bahkan aritmia.2,17

Gbr. 4. Algoritma pernelusuran etiologi hipokalemia berdasarkan ekskresi kalium urin17

Gbr. 5. Contoh EKG pada pasien dengan Hipokalemia7

4.2.2. Diagnosis Hiperkalemia
Diagnosis ditegakkan berdasarkan nilai kalium serum diatas 5,1 mmol/L dengan manifestasi klinis kelemahan otot sampai paralisis, sehingga pasien merasa sesak nafas. Pemeriksaan EKG mutlak dilakukan untuk melihat adanya gelombang T yang tinggi dan runcing (T tall), AV Blok, QRS melebar atau aritmia ventrikel. Untuk mencari penyebab hiperkalemia, perlu diukur TTKG.2,20

Gbr. 6. Algoritma penelusuran etiologi hiperkalemia17

Gbr. 6. Gambaran T tall pada EKG17

4.3. Diagnosis Gangguan Keseimbangan Kalsium
4.3.1. Diagnosis Hipokalsemia
Diagnosis dibuat berdasarkan kepada hasil pemeriksaan laboratorium, dimana kalsium serum < 8,8 mmol/L, setelah nilai dikoreksi sesuai albumin serum. Nilai koreksi :
Ca serum+ (0,8 × [albumin serum normal-albumin aktual] )
Gejala klinis dapat berupa19,22:
Terutama gejala neurologik, yaitu bingung, ensefalopati, depresi, psikosis
Tanda Chovstek, yaitu Kontraksi otot wajah yang dirangsang dengan mengetuk ringan nervus fasialis pada lokasi – lokasi tertentu

Gbr. 7. Tanda Chovstek22
Tanda Trousseau, yaitu spasme karpopedal. Dapat dicetuskan dengan pemasangan torniket selama 3 menit.

Gbr. 8. Tanda Trousseau22

4.3.2. Diagnosis Hiperkalsemia
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan kalsium serum diatas 10,5 mmol/L setelah nilai dikoreksi sesuai albumin serum. Nilai koreksi 21:
Ca serum+ (0,8 × [albumin serum normal-albumin aktual] )^
Gejala klinis dapat asimtomatik dan dapat berupa 15,23 :
Konstipasi, anoreksia, nausea, muntah, nyeri abdomen dan ileus
Pada peninggian yang lebih hebat, dapat muncul gejala emosi labil, delirium, psikosis, lemas, dan kejang. Dapat terjadi nefrolotiasis atau uretrolitiasis

4.4. Diagnosis Gangguan Keseimbangan Magnesium
4.4.1. Diagnosis Hipomagnesemia
Diagnosis hipomagnesemia ditegakkan berdasarkan nilai Mg serum dibawah 1,7 mmol/L. Pemeriksaan magnesium bukan merupakan bagian dari pemeriksaan darah rutin untuk elektrolit. Kemungkinan adanya hipomagnesemia harus dicurigai pada keadaan diare kronik, hipokalemia berulang, hipokalsemia dan aritmia ventrikuler, khususnya pada keadaan iskemik.8,24
Dalam menegakkan diagnosis, perlu dibedakan apakah kelainan disebabkan oleh gangguan ginjal atau kehilangan dari gastrointestinal dan hal ini penting untuk terapi. Dapat dibedakan dengan memeriksa Mg urin 24 jam atau ekskresi fraksional. Excretion Fraction (EF) dihitung dengan rumus24 :
〖EF〗_mg=(U_mg×P_Cr)/((0,7×P_mg ) )×U_Cr
PCr = Cr plasma, PMg = Mg plasma, UMg = Mg urin, UCr = Cr urin
Bila hasil EF24 :
Mg urin 24 jam 10 – 30 mg atau EF urin > 2 % pada pasien dengan fungsi ginjal normal, maka maka penyebanya adalah renal wasting ini disebabkan pemakaian diuretik, aminoglikosida atau cisplatin
Bila EF bernilai antara 0,5 % – 2,7 %, maka disebabkan oleh non-renal (gastrointestinal).
Bila EF bernilai antara 4 – 48 %, disebabkan oleh kehilangan Mg di ginjal.
Klinis dapat berupa gangguan neuromuskuler, seperti kram sampai kejang. Gangguan elektrolit lain, seperti hipokalemia, hipokalsemia. Gangguan neurologi, seperti depresi, vertigo, delirium sampai koreoatetosis.
4.4.2. Diagnosis Hipermagnesemia
Hipermagnesemia diartikan sebagai kadar Mg serum diatas 2,3 mmol/L. Berdasarkan klinis, dapat ditegakkan diagnosis. Adapun klinis hipermagnesemia berupa : Nausea, flushing, sakit kepala, letargi, penurunan refleks tendon. Dapat menjadi kelumpuhan otot, blok jantung dan kematian. hipermagnesemia merupakan kasus yang jarang terjadi.2

BAB V
PENATALAKSANAAN

5.1. Penatalaksanaan Gangguan Keseimbangan Natrium
5.1.1. Penatalaksanaan Hiponatremia
Prinsip penatalaksanan hiponatremia adalah dengan mengatasi penyakit dasar dan menghentikan setiap obat yang ikut menyebabkan hiponatremia. Sebelum memberikan terapi sebaiknya ditentukan apakah hiponatremia merupakan hiponatremia hipoosmolalitas. Untuk hiponatremia hiperosmolalitas, koreksi yang diberikan hanya berupa air saja. 18,21
Larutan pengganti yang diberikan adalah natrium hipertonik, bisa berupa NaCl 3% atau 5% NaCl. Pada sediaan NaCl 3% yang biasa dipakai, terdapat 513 mmol dalam 1 liter larutan. Koreksi pada hiponatremia kronik yang tanpa gejala, dapat diberikan sediaan oral, yaitu berupa tablet garam.18,21

Tabel. 1. Estimasi efek pemberian cairan infus untuk menaikkan kadar natrium plasma18

Koreksi natrium secara intravena harus diberikan secara lambat, untuk mencegah central pontin myelinolysis (CPM). Kadar Na plasma tidak boleh dinaikkan lebih dari 10-12 mmol/L dalam 24 jam pertama. Terapi inisial diberikan untuk mencegah udem serebri. Untuk hiponatremia akut dengan gejala serius, koreksi dilakukan agak cepat. Kadar natrium plasma harus dinaikkan sebanyak 1,5-2 mmol/L dalam waktu 3-4 jam pertama, sampai gejala menghilang. Kecepatan cairan infus diberikan 2-3 ml/kg/jam, setelah itu dilanjutkan dengan 1 ml/kg/jam, sampai kadar Na 130 mmol/L. Untuk koreksi hiponatremia kronik, diberikan dengan target kenaikan sebesar 0,5 mmol/L setiap 1 jam, maksimal 10 mmol/L dalam 24 jam. Kecepatan infus dapat diberikan 0,5 – 1 ml/kg/jam. Pemantauan kadar Na serum harus dilakukan setiap 2-4 jam. Untuk menetukan estimasi efek pemberian cairan infus dalam menaikkan kadar natrium plasma, digunakan rumus:18,25

Perubahan Na serum= (Na dalam cairan infus-Na serum)/(TBW+1)

Saat ini sedang mulai dipakai sediaan vasopressin receptor antagonis untuk meningkatkan kadar natrium. Sediaan ini akan menghambat reseptor V2 di tubulus yang akan meningkatkan ekskresi air, kemudian akan memperbaiki keadaan hiponatremia. Demeclocycline dan litium juga dapat dipakai dimana sedian ini akan mengahambat respon ginjal terhadap vasopressin. Selain itu, sediaan ini dapat juga diberikan sebagai pencegahan overkoreksi. Dosis democlocycline dapat diberikan 300-600 mg perhari. 24,25
5.1.2 Penatalaksanaan Hipernatremia
Langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan etiologi hipernatremia. Sebagian besar penyebab hipernatremia adalah defisit cairan tanpa elektrolit. Penatalaksanaan hipernatremia dengan deplesi volume harus diatasi dengan pemberian cairan isotonik sampai hemodinamik stabil. Selanjutnya defisit air bisa dikoreksi dengan Dekstrosa 5% atau NaCl hipotonik. Hipernatremi dengan kelebihan volume diatasi dengan diuresis. Kemudian diberikan Dekstrosa 5% untuk mengganti defisit air.

Tabel 2. Estimasi efek pemberian cairan infus untuk menurunkan kadar natrium plasma19

Untuk menghitung perubahan kadar Na serum, dapat ditentukan dengan mengetahui kadar Na infus yang digunakan, dengan menggunakan rumus yang sama pada koreksi hiponatremia. Perbedaannya hanya terletak pada cairan infus yang digunakan. Dengan begitu, kita dapat melakukan estimasi jumlah cairan yang akan digunakan dalam menurunkan kadar Na plasma.19

5.2 Penatalaksanaan Gangguan Keseimbangan Kalium
5.2.1. Penatalaksanaan Hipokalemi
Dalam melakukan koreksi kalium, perlu diperhatikan indikasinya, yaitu 2,14 :
Indikasi mutlak, yaitu pada pasien dalam keadaan pengobatan digitalis, KAD, pasien dengan kelemahan otot nafas dan hipokalemia berat.
Indikasi kuat, yaitu diberikan dalam waktu yang tidak terlalu lama yaitu pada keadaan insufisiensi koroner, ensefalopati hepatik dan penggunaan obat-obat tertentu.
Indikasi sedang, dimana pemberian Kalium tidak perlu segera seperti pada hipokalemia ringan dengan nilai K antara 3-3,5 mmol/L.
Pemberian Kalium dapat melalui oral. Pemberian 40-60 mmol/L dapat meningkatkan kadar Kalium sebesar 1-1,5 mmol/L. Pemberian Kalium intravena diberikan dalam larutan KCl dengan kecepatan 10-20 mmol/jam. Pada keadaan dengan EKG yang abnormal, KCl diberikan dengan kecepatan 40-100 mmol/jam. KCl dilarutkan dalam NaCl isotonik dengan perbandingan 20 mmol KCl dalam 100 ml NaCl isotonik melalui vena besar. Jika melalui vena perifer, KCl maksimal 60 mmol dilarutkan dalam NaCl isotonik 1000 ml. Bila melebihi kadar ini, dapat menimbulkan rasa nyeri dan sklerosis vena. Kebutuhan Kalium dapat dihitung dengan rumus :7,21
(K yang diinginkan-K serum )/3 x BB
5.2.2. Penatalaksanaan Hiperkalemia
Penatalaksaan meliputi pemantauan EKG yang kontinu jika ada kelainan EKG atau jika kalium serum lebih dari 7 mEq/L. Untuk mengatasi hiperkalemia dalam membran sel, diberikan kalsium intravena, yang diberikan dalam bentuk kalsium glukonat melalui intravena dengan sediaan 10 ml larutan 10% selama 10 menit. Hal ini berguna untuk menstabilkan miokard dan sistem konduksi jantung. Ini bisa diulang dengan interval 5 menit jika tidak ada respon. 1,2
Memacu kalium kembali dari ekstrasel ke intrasel dengan cara pemberian 10 unit insulin dalam 50 ml glukosa 40% secara bolus intravena. Pemberian natrium bikarbonat yang dapat meningkatkan pH sistemik yang akan merangsang ion H keluar dari dalam sel dan menyebabkan ion K masuk ke dalam sel. Bikarbonat diberikan sebanyak 50 mEq intravena selama 10 menit. Hal ini dalam keadaan tanpa asidosis. Kemudian pemberian Beta 2 agonis baik secara inhalasi maupun drip intravena. Obat ini akan merangsang pompa NaK-ATPas dan Kalium masuk ke dalam sel. Mengeluarkan kelebihan Kalium dari dalam tubuh dengan cara pemberian diuretik, resin penukar, atau dialisis.14,22
Tabel 2. Opsi Penatalaksanaan hiperkalemia9

5.3 Penatalaksanaan Gangguan Keseimbangan Kalsium
5.3.1. Penatalaksanaan Hipokalsemia
Untuk menatalaksana hipokalsemia, sangat penting diperhatikan gejala klinis yang muncul. Jika muncul tetani, berikan 10 ml Ca glukonat 10% selama 15-30 menit. Kemudian dapat dilanjutkan dengan infus 60 ml Ca Glukonat dalam 500 ml Dekstrosa 5% dengan kecepatan 0,5-2 mg/Kg/jam dengan pemantauan Kalsium setiap beberapa jam. Perlu diperiksa kadar Magnesium serum dan koreksi jika ada kelainan. Pemantauan aritmia dengan EKG harus dilakukan pada pasien yang mendapat digitalis. Koreksi dapat dilanjutkan dengan pemberian Kalsium oral 1-7 gram/hari. Jika penyebabnya adalah sekunder terhadap defisiensi vitamin D, maka perlu diberikan terapi pengganti vitamin D.2,17
5.3.2. Penatalaksanaan Hiperkalsemia
Jika gejala berat atau Ca lebih dari 15 mg/dl, maka Ca serum harus diturunkan secepat mungkin dengan cara diuresis paksa dan penggantian volume intravaskular dengan normal saline. Dengan dosis 80-100 mg intravena per 12 jam dan normal saline diberikan 1-2 liter selama 24 jam pertama. Kemudian awasi adanya hipokalemia, atau dengan memperbanyak minum air sampai 3 liter perhari. 1,17,21
Pemberian Kalsitonin 4-8 unit SC setiap 6-12 jam akan dapat menurunkan Kalsium serum 1-3 mg/dl. Bifosfonat membantu untuk menghambat aktifitas osteoklast, membantu pada hiperparatiroid dan keganasan. Penatalaksanaan kronik diberikan dengan pengikat Kalsium oral, yaitu Etidronat oral 1200-1600 mg/hari.2,21,22

5.4 Penatalaksanaan Gangguan Keseimbangan Magnesium
5.4.1 Penatalaksanaan Hipomagnesemia
Dalam mengatasi hipomagnesemia, penyakit dasar harus segera diatasi. Pada keadaan hipomagnesemia berat ( < 1 mmol/L dalam serum ), atau hipomagnesemia simtomatik dengan kelainan neuromuskular, atau manifestasi neurologis, atau aritmia jantung, maka penatalaksanaan diberikan dengan pemberian 2 gram Magnesium sulfat (MgSO4) dalam 100 ml Dekstrosa 5% dalam waktu 5-10 menit. Bisa diulangi sampai total 10 gram dalam 6 jam berikutnya. Teruskan penggantian dengan infus lanjutan sebanyak 4 g/hari selama 3 sampai 5 hari. Untuk mencegah rekurensi, maka dapat diberikan pemberian Mg oksida secara oral dengan dosis 2 x 400 mg perhari, atau dengan Mg glukonat 2 – 3 x 500 mg perhari. Jika tidak terlalu berat, dosis Magnesium sulfat diberikan 0,03-0,06 gram/Kg/hari dalam 4-6 dosis hingga Magnesium serum normal. Teruskan terapi dengan sediaan oral selama ada faktor pencetus. 8,21,24
5.4.2 Penatalaksanaan Hipermagnesemia
Penatalaksanaan dilakukan dengan cara pemberian Kalsium glukonat 10% sebanyak 10-20 ml selama 10 menit atau CaCl2 10%s ebanyak 5-10 mg/Kg secara IV. Kemudian pemberian diuretik diberikan untuk memacu ekskresi. Pada pasien tanpa gangguan ginjal berat, dapat diberikan Ca glukonas 10 % sebanyak 20 ml dalam 1 liter NaCl 0,9 %, dengan kecepatan 100 – 200 ml perjam.2

BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Diagnosis gangguan keseimbangan elektrolit ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan hasil laboratorium dengan nilai diatas atau dibawah normal
Penatalaksanaan gangguan keseimbangan elektrolit mencakup koreksi elektrolit dan mengatasi penyakit yang mendasarinya
Pemahaman terhadap patofisiologi gangguan keseimbangan elektrolit akan menuntun para klinisi untuk menetukan diagnosis dan penyebab gangguan tersebut, sehingga penatalaksanaan dapat diberikan secara tepat.

6.2. Saran
Diperlukan pemahaman yang baik terhadap gangguan keseimbangan elektrolit, sehingga dapat menegakkan diagnosis dengan cepat dan tepat, dan pada akhirnya dapat memberikan penanganan yang tepat dan cepat pula.

DAFTAR PUSTAKA

Darwis D, Munajat Y, Nur MB, Madjid SA, Siregar P, Aniwidyaningsih, W, dkk. Gangguan Keseimbangan Air, Elektrolit dan Asam Basa. Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2010
Siregar P. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006 : 529-37
Brenner R, Rector H, Livine AS. The Kidney. 7th ed. Pennsylvania: Elsevier; 2004: 775-1064
Shea MA, Hammil GB, Curtis HL, Szczech AL, Schulman AK et al. Medical Cost of Abnormal Serum Sodium Levels. J Am Soc Nephrol 2008; 19: 764-70,
Stelfox TH, Ahmed BS, Khandwala F, Zygun D, Shahpory R, Laupland K. The Epidemiology of Intensive Care Unit-acquired hyponatremia and Hyperatremia in Medical-surgical Intensive Care Units. Critical Care. 2008; 12 (6): 1-8
Thompson JC. Hyponatremia : New Association and New Treatment. European Journal of Endocrinology. 2010; 162 : 161-3
Weiner DI, Wingo SC. Hypoklaemia – Consequences, Causes, and Correction. J Am Soc Nephrol. 2000; 13 : 1180-87
Martin, JK. Clinical Consequences and Management of Hypomagnesemia. J Am Soc Nephrol. 2009; 20: 2291-95
Ziegler R. Hypercalcemic Crisis. J Am Soc Nephrol. 2001; (12) S3-S9
Semenovskaya Z, Hypernatremia. [Internet] 2008 [Updated August 18, 2008; Cited November 15, 2010]. Available from: http://www.emedicine.com
Lederer E. Hyperkalemia. [Internet] 2010 [Updated March 19, 2010; Cited November 15, 2010]. Available from : http://www.emedicine.com
Dispopulous. Color Atlas of Physiology. 5th Ed. Stuttgart. AppleDruck; 2003
Guyton CA, Hall EJ. Text Book of Medical Physiology 11th ed. Pensylvania: McGrawHills; 2006: 348-81
Mardiana N. Dissoreder of Potassium Metabolism. In Book of Annual Meeting Pernefri 2009. Pernefri; Jakarta: 2009
Bindels JMR. 2009 Homer Smith Award : Minerals in Motion: From New Ion Transporters to New Conceots. J Am Soc Nephrol 2008; 19: 764-770
Orson W, Bony O. Genetic Hypercalciuria. J Am Soc Nephrol. 2005; 16: 729-45
Fauci SA, Braunwald E, Kasper LD, Hauser LS, Longo LD, Jameson LJ, et al. Electrolites and Fluid Balances. In Harrison’s Manual of Medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill; 2009: 3-21
Adrogue JH, Madias EN. Hyponatremia. N Engl J Med 2000; 342 (21): 1581-89
Adrogue JH, Madias EN. Hypernatremia. N Engl J Med 2000; 342 (21): 1493-99
Weiner DI, Wingo SC. Hyperkalemia : A Potential Silent Killer. J Am Soc Nephrol. 1998; 9: 1535-43
Grabber AM. Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik. Edisi ke 2. Jakarta: Framedia; 2003
Urbano LF. Sign of Hypocalcemia : Chvostek’s and Trousseau’s Sign. Hospital Physician. 2000 : 43-45
Agraharkar M. Hypercalcemia. [Internet] 2010. [Update: March 2010; Cited: November 2010] available from: http://www.emedicine.com
Agus SZ. Hypomagnesemia. J Am Soc Nephrol. 1999; 10: 1616-22
Vaidya C, Ho W, Freda JB. Management of Hyponatremia : Providing Treatment and Avoiding Harm. Cleve Clin J Med. October 2010; 77 (10): 715-25

Kado Untuk Pengantin Baru

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaan saya, ketika saya bersandar di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan,saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus.

Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen.Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang.Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.”Mengapa?”, tanya suami saya dengan terkejut.”Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan,” jawab saya.Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya,tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?

Dan akhirnya suami saya bertanya, “Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiran kamu?”Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan,”Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan merubah pikiran saya : Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjatgunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya?”Dia termenung dan akhirnya berkata,”Saya akan memberikan jawabannya besok.”Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, diatidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan …”Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya.”

Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan saya.Saya melanjutkan untuk membacanya. “Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ‘teman baik kamu’ datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kaki kamu yang pegal.””Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi ‘aneh’. Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di rumah atau meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami.”Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi, terlalu dekat membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu. Saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti,saya masih dapat menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu.”

“Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu.””Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air mata kamu mengalir menangisi kematian saya.””Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih dari saya mencintai kamu.

Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan tangan saya, kaki saya, mata saya tidak cukup buat kamu, saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakan kamu.”Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur,tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya.”Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu.”

“Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini, Sayang, biarkan saya masuk untuk membereskan barang-barang saya, dan saya tidak akan mempersulit hidup kamu. Percayalah,bahagia saya adalah bila kamu bahagia.”Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaan saya.

Oh, kini saya tahu,tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintai saya.Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukanmengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus berwujud “bunga”.

(Judul asli “Tidak Harus Berwujud Bunga” Source : http://ayodonk.blogspot.com/, diedit dan diketik seperlunya oleh salman al muhandis)

 

 

BASIC ARRHYTHMIA INTERPRETATION

1. Normal ECG:

o   P wave- atrial depolarization, stimulated by SA node

o   PR interval-atrial conduction through AV node

o   QRS complex- ventricular depolarization & atrial repolarization

o   ST segment- ventricular conduction & complete repolarization

o   QT interval- ventricular depolarization & repolarization (beginning of QRS complex to end of T wave

2. Identify a system for interpreting ECG patterns:

  • Rate- count # of complexes in 6 sec. x by 10
  • Examine R-R for regularity, if not = dysrhythmias
  • P wave- precedes each QRS; altered or absent= other than SA node are firing
  • PR interval 0.12-0.20 sec; longer possible conduction delay of AV node or heart block; present but not consistently followed by QRS complex= 2nd or 3rd degree heart block
  • QRS segment is 0.10 or less; prolonged= abnormal conduction thru ventricles, delay thru bundle branches, or early activation of ventricles thru bypass route
  • ST segment s.b. isoelectric (deflections = muscle injury)
  • QT interval less than 0.40 sec (depends on HR). ↑HR=QT shortens

3. Identify factors that place a person at risk for developing dysrhythmias:

  • Alteration in myocardial perfusion & potential ischemia; ventricles do not depolarize effectively (QRS complex) & repolarization is inefficient (T wave)= abnormal ventricular beats or blocks in conduction
  • Tachydysrhythmias noted in pt. w/ fluid volume deficits– HR incr. in response to diminished stroke volume
  • Fluid volume overload= ventricular enlargement & decreased contractility= premature beats, conduction block, & abnormal HR
  • Electrolyte abnormalities ↑risk; 
  • hypokalemia– ↓+ions needed to depolarize, becoming more difficult & repolarization is extended- PR interval is longer & T wave is flat, QT lengthens, extra wave follow T= bradydysrhythmias & conduction bloc; 
  • hyperkalemia– easier depolarization & short repolarization; tall T waves, QT shortens, PR interval lengthens & QRS complex widens, cell becomes too positive & can’t depolarize= asystole (no heartbeat); 
  • Hypercalcemia strengthen contractility & shorten ventricular repolarization, shortening QT interval; 
  • Hypocalcemia prolongs QT interval;
  • Hypomagnesmia increases irritability of nervous system= dysrhythmias- prominent U wave & flattening of T wave, & prolonged QT interval; 
  • Hypermagnesmia– prolonged PR interval, wide QRS complex, bradycardia, & tall, peaked T wave; Hypothermia ↓electrical activity of heart- bradycardia (<60), prolonged of PR & QT intervals, & wide QRS complex.
  • Summary those at risk have an alteration in tissue perfusion, imbalanced fluid volume, or electrolytes or decreased body temp..

4. Identify and describe treatment of the following common dysrhythmias:

sinus rhythm, sinus bradycardia, sinus tachycardia, PACs, atrial fibrillation, ventricular tachycardia, ventricular fibrillation, PVC, and paced rhythm:

  • Sinus dysrhythmias – regular rates, harmless until CO compromised; nurse assess for ↓LOC, hypotension, angina
  • Sinus bradycardia– HR <60, PR- 0.20sec; atropine (blocks parasympathetic innervations to SA node=normal sympathetic innervation controlling SA firing
  • Sinus tachycardia– HR>100<150, PR– 0.12-0.14; sympathetic nervous system stimulation from fear, fever, pain, ↓CO from hypovolemia or ventricular failure; imagery, distraction, calm environment, sedatives, tranquillizers, anitanxiety meds, analgesics, antipyretics, oxygen, calcium channel blockers, beta blockers
  • Atrial fibrillation (p276)- most common, atria contracting too fast & unable to refill=ventricles are inadequately filled & SV diminished; remaining blood tends to form clots ↑risk of thrombotic stroke

o   Irregular ventricular response- QRS regularly irregular- noted in difference btwn apical pulse & peripheral pulse

o   Absent P waves & irregular QRS intervals; meds: digoxin, beta blockers, & calcium channel blockers

o   Conversion from a-fib to normal sinus rhythm improves hemodynamics, by direct cardioversion or class 1A, 1C, and III antiarrhythmics

  • Premature Atrial Contraction (PAC p280)- originates from one or more ectopic pacemakers in atria

o   P wave is visible unless hidden by T wave, & may look different to norm

o   Underlying rhythm is regular with brief PAC irregularity

  • Premature Ventricular Contractions (PVC)- originates from one or more ectopic pacemakers in the ventricles

o   Outside of atria= no P wave;

o   PVC wave form is large (higher voltage & > 0.12 sec) & bizarre, & usually in opposite direction to pt. norm

o   Ventricular diastole is ineffective as is cardiac output

o   Close observation req’d b/c it may become ventricular tach or fib:

§  Look for > 6 PVC’s per min

§  PVC’s occurring together

§  Multifocal- from more than 1 ectopic focus

§  Run of v.tach (>3 PVC’s in a row)

§  R-on-T phenom (PVC occurs on down stroke of the T wave preceding PVC

§  Nurse assess for underlying cardiac rhythm- type of PVC (uniform vs. multiform); timing (repeatable pattern)

o   Lidocaine administered if PVC’s are of ischemia or infarct origin; Amiodarone or procainamide if PVC’s are refractory to lidocaine.

o   Harmless unless > 6 or more/min.; life threatening if indicating ventricular irritability

  • Ventricular dysrhythmias (p282) more life threatening & require immediate treatment

o   Recognizable by absent P waves, or not associated with QRS, regular wide QRS complex; chaotic waveforms

  • Ventricular tachycardia (VT)- 3 or more consecutive PVC >100 bpm; ectopic pacemakers in ventricles fire spontaneously;

o   P waves buried in QRS

o   QRS > 0.12 sec.

o   Short runs (<30 sec.) OK, not OK if it goes into v.tach

  • Ventricular fibrillation– most common cause of sudden death;

o   ECG pattern chaotic

o   Impossible to identify PQRST waves & rhythm is grossly irregular

o   Pt. unresponsive & no pulse needs resuscitations- Defibrillation, bolus of vasopressin or epinephrine, amiodarone, lidocaine, magnesium & procainamide; once resuscitated, last med given is initiated into IV

5. Discuss nursing responsibilities with cardioversion and defibrillation:

  • Monitors pt. ECG strips prior, during, & after procedure & responses
  • Informed consent  & IV access
  • Check electrolytes for any imbalances esp. Ca, Mg, K

6. Discuss indications for and nursing implications with pacemaker and implantable cardioverter/defibrillator therapy:

  • Preparing pt. for procedure; monitoring ECG pattern; assess threshold (minimum amt of output to initiate depolarization)
  • Pt. teaching & education regarding device- literature, ECG strips, medicalert bracelets, know device- manuftr, model #

7. Discuss pertinent antiarrhythmic agents in terms of indications for use and action.

  • Adenosine             blocks ventricular impulse                   SVDysrhythmia
  • Amiodarone          blocks K+ , delays repolarization        V. tach/fib
  • Lidocaine              ↓refractory period                               PVC; v. tach/fib
  • Propranolol-beta blocker (metopropolol)
  • Diltiazem (Cardiazem)-calcium channel blocker tachy/dysrhthmias
  • Nifedipine (procardia)
  • Digoxin                 ↓conduction thru AV node                 tachy/dysrhythmias

Case Scenarios

  1. 85 yo female complaining of chest pain. Monitor shows sinus tachycardia. What interventions are indicated?
  2. 66 yo male admitted with syncope, takes digoxin and lasix for CHF. Monitor shows sinus bradycardia, 45, BP 78/40. What interventions are indicated?
  3. 58 yo male admitted with AMI, complaining of 8/10 cp. Monitor shows sinus rhythm with frequent PVCs. What interventions are indicated?
  4. 57 yo nurse who faints at her yoga class. In ED, monitor shows sinus bradycardia, rate 44. What interventions are indicated?

I. Cardiac Conduction

A.    Components

  • SA node
  • AV node
  • BB, purkinje fibers

B.     Intervals

  • Rate
  • PR interval
  • QRS duration
  • ST segment
  • QT interval

II. Nursing Responsibilities

C.     Accurate waveform

  • skin prep
  • accurate lead placement

D.    Alarms

E.     Patient education

F.      What does this dysrhythmia mean to this patient?

III. Lead Systems

A. 12-lead EKG: 12 pictures of electrical activity of the heart

B. Common Monitoring Leads:

  • Lead II:  negative electrode under right clavicle, positive electrode                      left midaxillary line, 5th ICS
  • MCL1: negative electrode below left clavicle, positive electrode                          4th ICS, right  sternum border
  • 3 lead cables: positive, negative, ground
  • 5 lead cables: right and left leg, right and left arm and chest lead

IV. Characteristics of Cardiac Monitoring

A. ECG recording:

  • horizontally:
  • *small box=0.04 sec.
  • *large box=.20 seconds
  • vertically: mm/small box

B. Electrical Events: NEED TO KNOW

  • P wave:
  • PR Interval: normal:=/<0.20 seconds
  • QRS complex: normal:=/< 0.10 seconds
  • ST segment:
  • T wave:
  • QT interval:

V. Rhythm Interpretation

A. System for strip interpretation:

  • Measure heart rate.
  • Examine the R-R interval.
  • Examine the P wave.
  • Measure the PR interval.
  • Determine if each P wave is followed by a QRS complex.
  • Examine the QRS complex.

B. Rate determination techniques:

VI. Risk Factors for Development of Dysrhythmias

  1. Myocardial factors: CAD
  2. Fluid volume abnormalities
  3. Electrolyte abnormalities
  4. Hypothermia
  5. Medications

VII. Common Arrhythmias

A. Normal Sinus rhythm: 60-100; regular; P before every QRS; normal intervals

B. Sinus bradycardia: SR with rate <60

C. Sinus tachycardia: SR with rate >100

D. Atrial fibrillation: irregularly irregular; irregular ventricular rate; wavy baseline; narrow QRS

E. PACs: early, before QRS, P looks different from sinus P

F. PVCs: early, wide and bizarre, no P before it

G. Ventricular tachycardia: wide and bizarre, regular, rate very fast, no P

H. Ventricular fibrillation: no QRS, wavy baseline

  1. Paced rhythm: ventricular, atrial or both

VIII. Antiarrhythmic Agents: goal to suppress dysrhythmia

  1. Class I: fast sodium channel blockers
    1. Class IA: procainamide
    2. Class IB: lidocaine
    3. Class IC: flecainide
  2. Class II: block effects of catecholamines: slow AV conduction; beta blockers
  3. Class III: block potassium channels; amiodarone
  4. Class IV: calcium channel blockers; verapamil
  5. Nursing action before giving these drugs:
    1. assess vital signs
    2. assess ECG
    3. physical assessment
    4. infusion pump with IV drugs
    5. patient education: reason for drug; report any dizziness, palpitations

IX. Cardioversion, Defibrillation, and Pacemakers

  1. Cardioversion:
    1. Def: delivery of electrical shock synchronized with patient’s heart rhythm;
    2. Indications: treat SVT, atrial fibrillation, & ventricular tachycardia in an unstable patient; sx hypotension, chest pain, diaphoresis, SOB, CHF, MI
    3. Nursing Actions: ECG strip before, during, and after procedure, VS, informed consent, IV access, conscious sedation, oxygen pad placement, assess for complications
  2. Defibrillation:
    1. Def: emergency procedure to treat ventricular tachycardia in unresponsive patient and ventricular fibrillation; unsynchronized
    2. Indications: cardiac arrest
    3. Nursing Actions: ECG strip cont, Pad placement, correct procedure by ACLS staff, ACLS algorithms
  3. Pacemakers
    1. Def: pulse generator used to provide electrical stimulus to the heart when it fails to conduct or generate heart rate that maintains cardiac output
    2. Types: temporary-external and percutaneous, permanent, atrial, ventricular, dual
  4. ICDs
    1. Def: implanted cardioverter/defibrillator
    2. Indications: patients with life threatening arrhythmias that does not respond to medication
    3. Nursing Action: monitor ECG, patient education

see also :

  1. 12 Lead EKG Explained: Part #1
  2. 12 Lead EKG Interpretation Part #2

Seventeen – Jaga Slalu Hatimu

kau jaga selalu hatimu
saat jauh dariku tunggu aku kembali
mencintaimu aku tenang
memilikimu aku ada
di setiap engkau membuka mata

merindukanmu selalu ku rasakan
selalu memelukmu penuh cinta
itu yang selalu aku inginkan

kau mampu membuatku tersenyum
dan kau bisa membuat nafasku lebih berarti

reff:
kau jaga selalu hatimu
saat jauh dariku tunggu aku kembali
ku mencintaimu selalu
menyayangimu sampai akhir menutup mata

kau mampu membuatku tersenyum
dan kau bisa membuat nafasku lebih berarti

repeat reff [2x]

kau, kau jaga selalu hatimu

Memahami Asam Urat Dan Ginjal

Asam urat merupakan merupakan hasil akhir dari metabolisme purin yang ada di dalam tubuh. Sedangkan purin adalah protein dari golongan nukleoprotein yang tidak begitu dibutuhkan oleh tubuh. Kadar asam urat yang tinggi menyebabkan timbulnya tofus, benjolan keras berisi semacam serbuk kapur, di bagian kaki dan tangan.

Kadar asam urat yang berlebihan dalam darah menyebabkan penimbunan kristal asam urat. Apabila penimbunan kristal itu terbentuk pada cairan sendi, maka terjadilah penyakit gout atau asam urat. Jika penimbunan itu terjadi pada ginjal, akan muncul batu asam urat ginjal yang sering disebut dengan batu ginjal.

Pada stadium awal, penyakit ginjal tidak menimbulkan gejala apapun. Namun seiring dengan metabolisme tubuh, akan terjadi penumpukan sisa-sisa metabolisme dalam tubuh penderita dan kaki serta tangan jadi membengkak, nafas pendek dan energi untuk beraktivitas akan menurun.

Fungsi utama ginjal adalah membersihkan darah dari sisa-sisa hasil metabolisme tubuh yang berada di dalam darah dengan cara menyaringnya. Jika kedua ginjal gagal menjalankan fungsinya (tahap akhir penyakit ginjal), sisa-sisa hasil metabolisme yang diproduksi oleh sel normal akan kembali masuk ke dalam darah (uremia).

Gagal ginjal bisa terjadi jika terdapat gangguan pada pembuluh darah vena atau sistem penyaringannya. Namun, bisa juga berasal dari masalah-masalah kesehatan yang lain, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes atau adanya masalah dengan sistem penyaringan pada ginjal (seperti pada keadaan glomerulonefritis atau penyakit ginjal polikistik). Pada kasus lainnya juga ditemukan adanya masalah pada saluran kemih.

Fungsi ini biasa dilambangkan oleh GFR (Glomerular Filtration Rate). Beberapa zat dianggap menjadi indikator yang baik, di antaranya kreatinin. Sekarang derajat kerusakan ini diperjelas menjadi 5 tingkatan Chronic Kidney Disease (CKD):

Stadium 1: GFR > 90 ml/menit; Stadium 2: GFR 60-89 ml/menit; Stadium 3: GFR 30-59 ml/menit; Stadium 4: GFR 15-29 ml/menit; Stadium 5: GFR <15>

Caranya, cukup mengukur kadar kreatinin darah ((sCr: serum Creatinin), bisa diketahui persentase fungsi ginjal dari GFR-nya. Laki-laki GFR = (140 – umur) x (BB)/ (sCr x 72) dan Wanita GFR = (140 – age) x (weight) x 0.85/ (sCr x 72).

Selanjutnya, tinggal kita cocokkan masuk stadium mana. Yang sudah butuh cuci darah rutin itu biasanya istilahnya: End-stage CRF (fungsi ginjal tinggal 5%-10%). Sekarang yang CKD stadium 5 tersebut. Cuci darah yang sewaktu-waktu juga bisa dilakukan bila diketahui sudah terlanjur/mendadak tinggi. Masalahnya, CKD bersifat progresif. Upaya ini hanya bisa berusaha memperlambat atau kalau bisa menghambat progresinya agar tidak tambah berat. Sekarang, mengukur fungsi ginjal sudah jauh lebih maju yakni dengan menggunakan: Cystatin-C.

Bagi yang ada masalah ginjal, ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar fungsi ginjal tidak bertambah parah, yakni:

1. Mengkonsumsi makanan rendah protein. Tubuh memerlukan protein untuk membentuk otot. Tapi bagi penderita penyakit ginjal, kelebihan protein menyebabkan gang-guan pada proses filtrasi atau penyaringan, sehingga terjadilah peningkatan sisa hasil metabolisme protein dalam darah. Anda dapat mencegah hal ini dengan mengkonsumsi makanan rendah protein.

2. Mengkonsumsi sedikit garam. Garam natrium berfungsi untuk mempertahankan cairan dalam tubuh Anda. Untuk mengurangi kadar garam dalam tubuh, bila Anda membeli makanan, periksalah label makanan carilah makanan yang mempunyai kandungan natrium di bawah 400 mg untuk sekali makan, gunakan saus yang berkadar natrium rendah, dan jangan gunakan garam pengganti yang mengandung kalium.

3. Tidak minum terlalu banyak. Ginjal yang normal dapat mengatur keseimbangan cairan yang masuk dan ke luar dari tubuh. Jika ginjal Anda mengalami gangguan, maka akan terjadi masalah pada pembentukan urine. Anda harus membatasi konsumsi air. Sebaiknya hisaplah air jeruk lemon untuk membasahi bibir yang kering, minumlah hanya untuk mengatasi haus, dan jika Anda menderita diabetes, jagalah ka-dar gula Anda, agar Anda tidak merasa terlalu haus.

4. Tidak mengkonsumsi fosfat. Makanan dari produk susu, kacang-kacangan yang dikeringkan dan coklat mengandung banyak fosfat. Jika banyak mengkonsumsi makanan ini, maka kadar fosfat dalam darah meningkat dan menyebabkan tulang menjadi lebih rapuh.

Untuk herba penderita ginjal, bisa mengkonsumsi Malac (3×2), caranya, 3 Malac kapsul dibuka dan dicampur dengan air panas seperempat gelas, diaduk hingga rata, lalu biarkan ampasnya mengendap, kemudian diminum tanpa ampas. Dosis bisa ditambah 1-2 kapsul bila stadiumnya sudah mencapai ambang kronis.

Untuk herba penderita asam urat, bisa mengkonsumsi Ardisia disinergikan dengan Mengkudu Organik. Atau bisa juga sekaligus menerapkan terapi Dtox (kombinasi Mengkudu Organik, Malac, Herba Tuju Angin dan Teh Asiatica).

Sumber :
H. Agung Yulianto
http://agungy.blogspot.com/2007/06/memahami-asam-urat-dan-ginjal.html

Feeling so blue

When all this matter disturbing all matter of silence

When all this comes throwing the peacefull condition

Hard recognition, smooth intruders  breaking the glass

Will fall apart and hard to recombined

Long way to follow

Slow motion hunted this loneliness

Say to me “hello”

And keep silent, closing my eyes

I m not here…. Whispering

Happiness, sadness and all way of feeling

So so blue this part of heart

May all these streghtness strengthened  poor heart

May this sword of mine killing all  desperate though ..

I aml standing here…

 

Bandung, march 17th 2011. 11.18 PM

so so uncomfortable

Kopi Kurangi Risiko Stroke Hingga 25%

Kopi mampu mengurangi peradangan dan meningkatkan sensitivitas insulin.

Mengonsumsi kopi akan terasa nikmat jika dilakukan saat bersantai atau saat pagi hari. Tak hanya nikmat, konsumsi kopi juga bisa mengurangi risiko stroke.

Satu penelitian mengungkap, wanita yang mengonsumsi lebih dari secangkir kopi sehari bisa menurunkan risiko stroke hingga 25 persen dibandingkan dengan mereka yang sedikit atau tanpa asupan kopi.

Temuan ini sebagai bukti, kopi juga memiliki manfaat untuk kesehatan, demikian laporan Daily Mail, Sabtu 12 Maret 2011.

Peneliti Dr Susanna Larsson, dari National Institute of Environmental Medicine di Karolinska Institute di Stockholm, Swedia, mengatakan kopi adalah salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi masyarakat di dunia.

“Efek kesehatan, meskipun kecil, dari zat yang dalam kopi dapat memiliki konsekuensi yang besar bagi kesehatan masyarakat,” katanya.

Walaupun terlalu cepat untuk merekomendasikan kopi sebagai minuman kesehatan, temuan ini bisa meringankan pikiran wanita yang khawatir tentang bahaya mengkonsumsi kopi berlebih, tambah Dr Larsson. “Beberapa wanita menghindari mengkonsumsi kopi karena mereka berpikir itu tidak sehat,” katanya.

“Bahkan, semakin banyak bukti menunjukkan bahwa konsumsi kopi moderat dapat mengurangi risiko beberapa penyakit seperti diabetes, kanker hati, dan kemungkinan stroke.” Dari penelitian ini, hampir 35.000 wanita berusia 49-83 mengikuti diet kesehatan dari satu dekade.

Hal ini menunjukkan bahwa mereka yang melaporkan minum kopi setidaknya secangkir sehari, mengalami perbaikan kesehatan risiko stroke dari 22 persen menjadi 25 persen lebih rendah terkena stroke daripada mereka yang minum sedikit.

Para peneliti menyatakan, kumungkinan kopi bisa mengurangi risiko stroke karena kopi mampu mengurangi peradangan dan meningkatkan sensitivitas insulin. Kopi juga mengandung antioksidan yang dikenal mampu mencegah penyakit.

Penelitian sebelumnya juga menunjukkan perokok pria yang tidak mengonsumsi kopi berisiko menderita stroke. Namun, beberapa penelitian hubungan antara kopi dan kesehatan telah menghasilkan hasil yang bertentangan.

Beberapa menyarankan dosis tinggi dari kafein dapat meningkatkan tekanan darah. Namun, yang lain menunjukkan kopi mengurangi risiko kanker, usus besar pankreas, otak, mulut, dan tenggorokan. (adi) • VIVAnews

Cinta kebersamaan dan harapan, asa dan semua cita

Keberadaan seseorang yang memiliki posisi spesial pada tempat teristimewa setiap hati manusia memberikan energy yang sangat berarti. Kata-kata magic “cinta” menikam relung hati terdalam , kala cinta menyapa, senyuman ditingkahi kebingungan dalam mengartikannya ditempat pertama sua menyapa. Setiap insan dilengkapi dengan rasa, “taste” cinta merebak, membuat hidup terasa bermakna, kebermaknaan ini membuat semangat yang tadinya tiada pernah diduga dimilikin seseorang akhirnya muncul dan menyadarkan bahwasanya ia memiliki sesuatu yang lebih dan lebih, bahkan ia sendiri tidak menyadarinya.

Perjalanan sebuah kata cinta, “do u love me?”, “can we be together?”, “will you be my princess?” atau tanpa legalitas kata-kata yang bermakna dalam sekalipun, pengesahan yang menjadikan seseorang memiliki komitmen yang dewasa ini dikenal dengan nama “pacaran” atau lebih halus lagi “teman dekat”. Fenomena yang sangat awam ditemui disekeliling kita.

Berlalunya sang waktu membawa sang cinta bisa menjadi lebih matang, lebih dewasa, lebih bermakna, namun bahkan bisa terjadi sebaliknya, cinta kebersamaan ini membuat kebosanan, perselisihan tiada ujung atau bahkan kata-kata kasar, saling menyakiti, bahkan saling menghina dan mengintimidasi. Cinta sngguh colouring life as life never live without it.

Cinta, akankah lebih indah jika terjadi kala pertama pandang bersua, rasa merebak dan senyum merekah saat ijab Kabul terjadi?. Akankah lebih nyaman, tenteram dan bahagia kala pengesahan itu telah direstui dimata Allah, orang tua tercinta dan handai taulan. Hati berpadu dihari yang suci, “saya terima nikahnya dengan mas kawin blab la bla…” namun sungguh, ketika hari itu berlaku, penyerahan diri totalitas baik bagi seorang suami maupun istri memberikan keikhlasan yang menyempurnakan semua yang telah diamanahkan, tugas-tugas penting menjalani bahtera menanti didepan mata. Kala yang bernama suami menjadi nahkodanya, dan yang bernama istri memberikan spirit tiada habisnya dalam menjalankan kemudi hingga selamat sampai tujuan walau ombak yang dating siapa yang bisa mengira.

Kau jadi pakaianku dan aku jadi pakaianmu, kata-kata klise tapi memiliki arti mendalam, sayang, cinta… yahh cinta ini seiring berlalunya sang waktu, ia tumbuh bersemi disertai pemahaman mendalam akan apa dan bagaimana pasangan hidup kita, penerimaan akan kelebihan dan kekurangan menjadi bumbu dalam hidup. Canda tawa bahkan duka dan tangis menjadi irama tanpa akhir yang mengiringi lirik tanpa suara. Senandungku, suaramu dan paduan suara menelisik setiap hari-hari kita.

Cinta, cinta dan cinta…… mungkin lamanya sebuah pernikahan menempatkan kata-kata ini lebih pada sebuah keagungan makna yang bernama “kasih sayang, pengertian dan perhatian”. Kebutuhan akan kehadiran dan kesetiaan.

bandung, March 16th 2011. sweet subh.. remind me of ur sweet tender love dear kak say…

Iam Here to Tell you How it Really is (Mari Sepi sejenak Bicara Tentang Rasa Sepi Seorang Ibu, kopas)

ungkapan terimakasih tak berujung… untuk ibu… ibu… dan ibu… selama 2 pekan kemarin kembali disuapi ibu,terbaring, dilayani (tidak nyuci, tidak nyapu, tidak ngepel, tidak cuci piring, disiapin air hangat untuk mandi… tak beraktivitas…) bahkan 2 hari full ditungguin ujian komprehensif.

terimakasih atas pengorbanan yang luar biasa, maaf jika anakmu ini terlalu banyak salah.

mungkinkah diri ini sanggup persembahkan surgaNya?

Berikut adalah sebuah artikel menarik tentang rasa sepi seorang ibu, yang dimuat di majalah Tarbawi edisi 219, 14 Januari 2010

 

Mari Bicara Sejenak tentang Rasa Sepi Seorang Ibu

Sepi adalah jenak waktu yang tentu saja tak memberi rasa nyaman. Apalagi kita tak bisa tahu kapan ia akan berakhir. Dan seorang ibu adalah sosok yang mungkin sangat sering mengalami itu dalam hidupnya, meski mungkin kita sebagai anaknya kadang tak menyadari.

Harus kita akui, bahwa kita memang seringkali lupa akan keberadaan ibu dan ayah yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pasangan, perhatian kita kepadanya lebih banyak dan lebih intens. Buktinya, kita selalu risau akan kabar pasangan kita, khawatir apakah dia sudah makan atau belum, takut apakah dia bahagia bila di samping kita?

Tapi, apakah kita juga pernah merisaukan kabar dari orang tua kita? Risau, apakah orang tua kita sudah makan atau belum? Khawatir, apakah orang tua kita sudah bahagia atau belum? Rasanya jarang. Padahal boleh jadi dia sedang dalam dekapan rasa sepi.

Di sini, mari sejenak kita coba renungkan lagi. Bicara soal keadaan orang tua. Soal rasa sepi yang seringkali menerpa hidupnya. Saat kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi mereka, melakukan yang terbaik untuknya. Untuk ibu yang pengorbanannya tak terhingga. Agar jangan sampai ada kata “menyesal” di kemudian hari.

 

Rasa Sepi Ketika Sendiri Membesarkan Anak-anaknya

Cinta seorang ibu kepada anaknya adalah cinta yang tak terbatas. Meskipun terkadang cinta itu tak berbalas. Atas nama cinta, apa pun akan dia jalani asal kebutuhan anaknya terpenuhi. Apapun akan diusahakan, asal keinginan anaknya terwujud. Apapun akan dia lakukan asal anaknya bisa sukses dan berhasil. Itulah energi cinta dari seorang ibu.

Energi itu begitu kuat. Tak jarang, seorang ibu kemudian harus melakukan semua itu sendiri. Tanpa kehadiran suami yang menemani, karena dipisahkan oleh ajal misalnya, atau oleh sebab yang lain. Berat itu pasti. Tapi cintanya yang sangat besar akan mengalahkan semua kesulitan dan rintangan. Tekadnya yang demikian besar terbangun, sehingga lahirlah anak-anak yang sukses dalam hidup dan kariernya, berkat sentuhan cinta dan pengorbanannya, meski semua dilakukannya berselimut derita dan rasa sepi.

Ibu kita mungkin menjadi salah satu perempuan yang merasakan kesepian itu dalam mendidik anak-anakanya. Kita, dan beberapa orang saudara kita barangkali hari ini semua telah menjadi orang-orang berhasil, punya pendidikan yang tinggi, menduduki sebuah jabatan penting, atau mengelola sebuah bisnis besar.

Mari kita kenang sejenak rasa sepi ibu waktu itu, di mana terkadang dia harus menutupinya dengan sebuah ‘kebohongan’ untuk mengalihkan perhatian kita, agar ia tidak tampak lelah mengurus dan membesarkan kita.

Seorang anak yang telah dewasa menuliskan kisah masa kecilnya kala bersama ibunya, yang tak pernah kenal lelah bekerja untuk dirinya dan adik-adiknya. Saat itu mereka hidup dalam keadaan amat sederhana. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika sedang makan, ibunya seringkali memberikan bagian nasinya untuknya. Sambil memindahkan nasi ke piring anaknya, si ibu berkata, “makanlah nak, aku tidak lapar”. Dia baru tersadar bahwa saat itu ibunya’berbohong’.

“Ketika saya mulai menginjak remaja, ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya selalu gigih dalam membantu ayah mencari nafkah. Berusaha apa saja ia lakoni demi mendapatkan sejumlah uang. Namun pernah satu kali ia tak mendapatkan bayaran atas usahanya, ia hanya mendapatkan upah dengan beberapa ekor ikan segar yang dimasaknya menjadi sebuah hidangan yang menggugah selera.

Sewaktu memakan makanan itu, ibu duduk di samping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang bekas sisa makanan kami. Melihat itu tentu saja aku tak tega dan menyodorkan ikan bagianku kepadanya. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya. “Makanlah nak, ibu tidak begitu suka dengan daging ikan”, tuturnya. Dan aku kembali menyadari bahwa ibu telah kembali ‘berbohong’. Saat aku duduk di bangku SMA, demi membiayai uang sekolah itu, ibu rela mengerjakan sulaman barang-barang kerajinan yang didapatnya dari tetangga sebelah rumah. Sedikit demi sedikit ia selesaikan pekerjaan itu.

Saat itu aku terenyuh menyaksikan kegigihan ibu, karena hingga jam menunjukkan pukul satu malam ibu belum juga berhenti. Saat aku memintanya untk istirahat dan tidur, ia malah menyuruhku untuk tidur terlebih dahulu, sementara ia beralasan belum mengantuk.

Hari-hari terus berjalan, hingga pada waktu yang telah digariskan, ayah meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Setelah kepergian ayah, ibu yang malang harus merangkap menjadi ayah, membiayai keperluan hidup kami sendiri dan tiada hari tanpa penderitaan. Hingga banyak keluarga ibu yang menasehati ibu untuk kembali menikah, tetapi ibu menolaknya dengan mengatakan bahwa ia tak butuh cinta, dan aku tahu saat itu ibu ‘berbohong’.”

Perjuangan membesarkan anak adalah hari-hari yang penuh rasa sepi, dengan kesulitan yang terkadang belum bias kita cerna saat itu, atau mungkin hingga hari ini. Namun kita tak pernah mencoba untuk mengingatnya, untuk sekadar mengenang jasa manusia agung itu, yang telah memberikan segalanya untuk kita.

Rasa Sepi Ketika Ditinggal Anak-anaknya Merantau

Setiap anak pada akhirnya akan menentukan pilihan hidupnya masing-masing. Dan karena itu, terkadang kita terpaksa meninggalkan kedua orang tua untuk mencoba melepaskan diri dari ketergantungan kepada mereka. Ketika beranjak remaja atau dewasa, kita pergi merantau kemana saja untuk tujuan apapun; menuntut ilmu, mencari rezeki, mengadu nasib, dan sebagainya.

Berawal dari sini, rasa sepi pun muncul di relung hati seorang ibu. Anak yang sedari kecil diasuh penuh cinta, ditimang-timang dan dibesarkan, pergi jauh dari sisinya. Tak sanggup ia melarang, karena hidup memang harus berubah dan berkembang. Ia lalu merelakan anaknya pergi merantau.

Mungkin kita adalah salah seorang anak yang telah membuat ibu merasa sepi, karena meninggalkannya untuk sementara demi mengejar cita-cita di negeri rantau. Hari ini, entah di manapun kita berada, mari sejenak bicara tentang rasa sepi ibu yang terus menyimpan cinta dan kasihnya pada kita sampai kapan pun. Mari sejenak kita merenungkan keadaannya, di kala kita sedang jauh dari sisinya. Apakah yang sedang dia lakukan? Mungkinkah saat ini, ia sedang duduk menghabiskan waktu sambil memandangi kali di depan rumah, yang dahulu selalu menjadi tempat bagi anak-anaknya menghabiskan waktu, berenang dan bermain hujan. Mereka saling dorong menceburkan did ke dalam air? Atau entah apa lagi yang ibu lakukan untuk mengusir kesendirian dan rasa sepinya yang tak kunjung berakhir.

Ibu memang selalu merindukan kita. Sangat merindukan kita sampai kapan pun. Gambar wajah kita selalu hadir di benaknya, bermain-main di pelupuk matanya. Dia selalu melempar ingatannya ke masa-masa lalu yang indah ketika kita masih bersamanya, mengenang segala tingkah lucu kita yang menggores kesan indah di hatinya.

Suatu sore di sebuah toko perbelanjaan, seorang lelaki muda yang sedang belanja bertemu dengan seorang perempuan tua yang terus memandangnya dengan mata tak berkedip. Lelaki itu merasakan keanehan dari tatapannya. Dia terus berjalan sembari mencari-cari barang yang hendak dibelinya, tapi tatapan si perempuan tua seperti terus mengikutinya.

Setelah mendapatkan barang belanjaannya, lelaki tersebut berjalan menuju kasir untuk membayarnya. Akan tetapi tiba-tiba perepuan tua tadi memotong langkahnya dan berdiri di depannya. “Maafkan nak,” kata perempuan itu. “Ibu minta maaf atas tatapan ibu tadi. Ibu tidak bermaksud apa-apa, hanya saja wajak anak ini mirip sekali dengan wajah anak saya yang suda lama pergi dan belum pulang sampai sekarang.”

Mendengarkan cerita si perempuan tua, ia pun mengerti kenapa tatapannya begitu tajam kepadanya. Rasa kasihan pun muncul di hatinya. “Kalau begitu, apa yang bisa saya bantu?” tanya anak muda itu, menawarkan bantuan kepada si ibu.

Setelah sejenak terdiam, si ibu menjawab, “Ada satu permintaan saya, kalau anak memang tidak keberatan.”

“Apa itu, Bu?” tanya si anak muda.

“Nanti kalau anak sudah mau keluar, tolong lambaikan tangan dan ucapkan ‘dadah’ buat ibu. Karena itulah yang selalu dilakukan anak ibu ketika akan pergi meninggalkan ibu. Mudah-mudahan dengan itu rasa rindu ibu kepada anak ibu bisa terobati.”

Selesai membayar barang belanjaannya, lelaki itupun melakukannya sembari melangkah pergi, membawa serta sebagian rasa sedih yang ada di hati si ibu.

Sederhana sekali permintaan si ibu. Tapi dengan itu, barangkali ada sejenak rasa sepi yang hilang dari hidupnya. Ibu kita mungkin saja menyimpan kerinduan seperti yang dirasakan perempuan tua itu terhadap kita. Tapi sayangnya, kita tak pernah menyadari dan membiarkan waktu terus berlalu tanpa mencoba mencari tahu. Karena itu, mari sejenak kita bicara di sini, tentang kesendirian ibu. Tentu agar kita teringat dan tersadar, serta kemudian mau sesekali mengobati rasa sepinya dengan rela meninggalkan kesibukan untuk sesaat pulang menemuinya, mencium tangannya.

 

Rasa Sepi Ketika Anak-anaknya Telah Sukses dan Mandiri

Merantau mungkin awalnya hanya untuk menimba ilmu dan pengalaman. Tapi seringkali di negeri orang, kita akhirnya menemukan kehidupan baru yang membuat kita harus bertahan. Di sana kita temukan pekerjaan atau jabatan yang menjadikan kita tidak lagi bergantung kepada orang tua secara ekonomi. Atau mungkin kita telah menemukan pasangan hidup dan lalu membina keluarga sendiri, sehingga tidak lagi merasa perlu untuk kembali dan hidup bersama orang tua di kampung halaman.

Keberhasilan dan kesuksesan tentu selalu memberi perubahan, seperti perubahan pada keadaan kita yang sudah mampu hidup mandiri. Namun ibu yang mengantarkan kita kepada keberhasilan itu tetap dalam keadaannya yang dulu. Tak ada perubahan, kecuali fisiknya yang kian lemah dan kulitnya yang semakin keriput. Sepi yang dulu ia rasakan, kini pun tak jauh beda. Bahkan mungkin rasa sepi itu semakin bertambah, karena kita semakin jarang mengunjunginya.

Kalaupun kita punya niat baik untuk merawatnya dangan tinggal bersama kita, terkadang dia lebih memilih untuk tetap tinggal di rumahnya sendiri, tempatnya merajut kenangan, meski terus berbalut dengan rasa sepi. Seorang akan yang merasa prihatin melihat kondisi ibunya hidup sendiri, lalu mengajak ibunya untuk tinggal beramanya. Namun si ibu menjawab, “Ibu tak akan tinggalkan rumah ini, meski rumah ini makin terlihat semakin rapuh dari hari ke hari, apalagi menjualnya. Bagi ibu, rumah ini kenangan sekaligus keringat dari almarhum bapakmu.”

Terkadang itu memang pilihannya. Meskipun di rumah hanya berteman dengan sepi, tapi ia menikmati kesepian itu. Roesmiati (84) misalnya, enam orang anaknya hidup berkecukupan dengan prestasi dan profesi yang membanggakan. Anaknya yang pertama adalah seorang dokter dan dosen di sebuah perguruan tinggi terkenal. Anak keduanya adalah seorang pimpinan tertinggi di sebuah lembaga tinggi negara. Yang ketiga, berprofesi sebagai psikolog. Yang keempat adalah mantan komandan Pusat Militer TNI-AD yang kini menjabat asisten pengamanan kepala staf Angkatan Darat. Anak kelimanya menjabat sebagai Dirjen Potensi Pertahanan dan Keamanan di Departemen Pertahanan dan pernah menjadi dekan Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Dan yang paling bungsu adalah insinyur teknik mesin yang sekarang menjadi pengusaha.

Ibu Roesmiati tentu saja bangga dengan keberhasilan anak-anaknya. Namun setelah ditinggal oleh suaminya yang wafat sepuluh tahun lalu, ia tak hendak pergi dari rumahnya. Dan ia tetap bertahan meski tanpa ditemani oleh anak dan cucu-cucunya. Sehari-hari Roesmiati hanya ditemani Yati, pembantunya, dan seorang lagi pembantu laki-laki yang ikut menjaga keamanan rumahnya.

Perempuan yang lebih sering disapa Bu Pandji itu, mungkin saja tak merasakan sepi, karena anak-anaknya selalu mampir menjenguknya kala ada tugas di Magelang, tempat tinggalnya. Namun hidup di usia senja seperti Bu Pandji, tanpa kehadiran anak di sisi pastilah ada rasa sepi. Karena wujud seorang anak di sisi, yang dilahirkan dari rahim sendiri, dibesarkan dengan cucuran keringat dan tetesan darah, tentu saja sangat berbeda dengan orang lain. Kerinduan pada sentuhan kasih dan belaian anak adalah obat yang memberi kesegaran dan ketenangan jiwa di tengah deraan dahaga sepi.

Di sebuah rumah sakit, ketika seorang wanita muda hendak memasuki pintu lift tiba-tiba seorang ibu tua berkerudung menegurnya dari belakang, “Dik, Ibu ikut sampai lantai tiga ya!” wanita itu pun mengangguk sembari memperhatikan sosok ibu tua tadi. Jalan tertatih menggunakan tongkat, usianya mungkin sekitar 70-an. “Kemana anak-anaknya?” pikir si wanita muda dalam hati.

Di ruang tunggu pemeriksaan, ketika keduanya sedang duduk menanti giliran diperiksa, tanpa ditanya si ibu tua itu bercerita, “Tadinya, anak saya yang bungsu janji mau anterin Ibu, tapi ditunggu nggak datang. Yah… Ibu naik bajaj aja ke sini… pokoknya Bismillah aja lah…”

“semua anak-anak ibu sudah jadi sarjana,” lanjutnya. “semuanya sudah bekerja dan berkeluarga, tapi mereka jarang datang ke rumah, paling-paling telepon, tanya kabar Ibu. Ibu bosan ditanya begitu terus.” Matanya mulai berair, bibirnya yang sudah keriput itu bergetar seakan hendak menumpahkan rasa sedihnya. Sementara si wanita muda menoleh ke tempat lain takut terbawa perasaan yang sama.

“Bukan bawaannya (oleh-olehnya) yang Ibu perlu, tapi datang menengok orang tua. Itu aja yang bikin hati ini senang…” tuturnya menahan tangis.

Itulah sebenarnya perasaan asli seorang ibu. Karena itu, mari sejenak kita bicara di sini, tentang rasa sepi yang mungkin saja tengah melanda ibu kita di sana, di rumah yang sejak dulu ia tinggali bersama ayah membesarkan kita.

Rasa Sepi Ketika Anak Mengalami Kekeringan Spiritual

Sukses seorang anak tentu memberi rasa bangga dan puas di hati seorang ibu. Kelelahan selama bertahun-tahun yang dia alami, akan berakhir tanpa bekas manakala dia melihat anak-anak yang dibesarkannya dengan penuh cinta, hidup dalam kemudahan dan keadaan yang lebih baik dari kehidupannya sendiri.

Tetapi tentu bukan hal itu yang paling membahagiakan hati seorang ibu. Selain kesuksesan, seorang ibu sangatlah ingin melihat anak-anaknya tumbuh menjadi orang-orang saleh, berbakti dan berakhlak mulia, hidup rukun satu sama lain. Tak ada yang paling menyenangkan hatinya dan menenteramkan jiwanya selain melihat mereka tumbuh dalam ketaatan kepada Allah swt. Terlebih ketika mereka telah berada di usia yang semakin senja, selalu ada harapan agar anaknya kelak tetap mengenangnya setelah kepergiannya, dalam doa dan munajatnya, memohonkan ampun untuknya.

Rasa sepi yang paling dahsyat akan dirasakan seorang ibu ketika ia tak menemukan kesalehan pada diri anak-anaknya. Saat beribadah tak ada yang menemani. Ketika berdoa tak ada yang mengamini. Di kala sakit tak ada yang mendoakan. Akhir hidupnya dihantui rasa takut akan kegagalan menuai pahala dari anak-anaknya.

Seorang ibu, dengan kerja keras dan doa berhasil mengantar seorang anak perempuannya menyelesaikan pendidikan di sebuah perguruan tinggi di Amerika Serikat. Rasa bangga tentu memenuhi relung hatinya, apalagi si anak juga terlihar cerdas dan pandai. Namun, ketika tahu bahwa anaknya ternyata sangat jauh dari perintah-perintah agama, seketika kebanggaan itu hilang, berganti kekhawatiran yang sangat, yang membuat fisiknya tiba-tiba rapuh.

Si anak ternyata miskin spiritual. Bahkan membaca Al-Quran pun tak mampu. Ibu yang kesepian ini tak mau berputus asa. Dia panggil seorang ustadz untuk mengajari dan membimbing anaknya. Tapi usaha itu pun akhirnya harus gagal, karena si anak terus berhasil membuat sang guru bertingkah aneh.

Di akhir hayat sang ibu, si anak memang selalu hadir di sampingnya. Namun tidak untuk mendoakannya, atau untuk melantunkan ayat-ayat Al-Quran, atau membimbingnya melafazkan kalimat tauhid, melainkan sibuk melahap buku-buku novel yang dibawanya. Si ibu akhirnya menutup kisah hidupnya dengan rasa sepi, ditinggal oleh anaknya yang tak tahu cara mendekatkan dirinya dengan ibunya melalui nilai-nilai spiritual.

Mari sejenak kita merenung di sini, apakah perempuan yang telah melahirkan kita itu, juga hidup dalam rasa sepi karena orientasi hidup yang berbeda? Jangan merasa puas dengan hanya melihat senyumnya ketika kita menghadiahinya sebuah barang mahal, sebab bisa jadi ia merindukan sesuatu yang lebih sederhana tapi lebih berharga dari hadiah mahal yang kita berikan

Rasa Sepi Ketika Anak tak Memahami Bahasa Hati Seorang Ibu

Karena kita dan orang tua ditakdirkan lahir di generasi yang berbeda, menghuni zaman yang tak serupa, mengalami perubahan-perubahan budaya yang tak sama, terkadang memunculkan perbedaan-perbedaan yang membuat komunikasi orang tua dengan anak tak sepaham, kehendak yang tak seiring, dan pikiran yang tak sejalan.

Kondisi seperti ini seringkali mewariskan rasa sepi di kehidupan orang tua. Bukan karena mereka ditinggalkan, tapi karena ada keinginan yang tak dapat dipahami oleh anaknya. Ibu kita yang umumnya lebih banyak menghabiskan hari-harinya di rumah, memang kadang gagal menangkap dan memahami perubahan yang terjadi pada pribadi dan lingkungan anaknya, perubahan yang tidak disertai kedewasaan dan kemampuan menghormati sebagaimana seharusnya. Perasaan seorang ibu tidak mampu diterjemahkan oleh anak yang dibesarkan dalam budaya yang tidak mengutamakan tatakrama dan sensitifitas.

Suatu hari, seorang mahasiswi hendak berangkat ke luar negeri untuk meneruskan pendidikannya. Kedua orang tuanya, karena merasa akan berpisah dengan anak yang dicintainya dalam jarak yang jauh dan dalam waktu lama, tentu ingin meluapkan perhatian dan kasih sayangnya dengan mengantar si anak ke bandara. Orang tua manapun, terutama ibu, memang selalu ingin menyertai anaknya pada saat-saat penting seperti itu, entah untuk sekadar memberi nasehat, mendoakan, atau melepas rasa haru pada darah dagingnya.

Tapi si anak yang merasa sudah besar dan dewasa, tanpa rasa bersalah menolak niat baik orang tuanya. Dia justru menganggap keinginan baik mereka, seperti perlakuan orang dewasa kepada anak kecil yang harus selalu ditemani kemana pun akan pergi. Sia ank kemudian meminta orang tuanya tetap di rumah dan membiarkannya berangkat sendiri.

Mungkin saja si anak itu punya maksud baik untuk tidak merepotkan orang tuanya, namun ia gagal memahami perasaan hati seorang ibu. Ia tidak mengerti gemuruh hati orang yang begitu berat melepas anaknya untuk pergi jauh. Sehingga yang terjadi kemudian, sang ibu merasakan sepi yang sangat di hatinya. Anak yang dibesarkannya dengan penuh cinta dan pengorbanan, ketika dewasa serasa begitu jauh dan tak tersentuh. Dan tinggallah ia dengan kondisi kesehatan fisik yang terus menurun, karena selalu memikirkan anak yang tak pernah bisa mengerti keinginannya.

Sejenak, mari kita bicara tentang keadaan ibu. Merenungkan rasa sepi yang ia derita karena kita seringkali tidak memahami keinginannya. Jangan biarkan hari-harinya yang tersisia hanya diisi dengan lamunan. Jangan persingkat usianya dengan membiarkannya memendam rasa rindu tang tak kunjung terobati. Sekali lagi, mari kita bicara tentang keadaan ini, agar suatu saat nanti kita tak menyesali sikap acuh kita, ketika rasa sepi telah merenggut segalanya. (Sulthan Hadi)

 

… Long Live Learning …

“Barang siapa yang beramal akhirat dengan tujuan dunia, maka dia tidak mendapatkan bagian di akhirat.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Al hakim dan Al Baihaqi. Al Hakim berkata: sanadnya shahih, dan disepakati Adz Dzahabi. Al Haitsami mengatakan hadits ini diriwayatkan Ahmad dan anaknya dari beberapa jalur, dan para perawi Ahmad adalah perawi shahih, Majma’ uz Zawaid 10/220)

Diperlukan suatu hentakkan yakin yang akan melahirkan keberanian, keteguhan, dan kesabaran, bertolak dari jaminan yang tak pernah lapuk (ust. Rahmat Abdullah)

Seonggok kemanusiaan terkapar. Siapa yang mengaku bertanggungjawab?… (Ustadz Rahmat Abdullah,’Sebuah Kesaksian’, Asasiyat, Tarbawi, 74)

Hidup ini terus berjalan, maka muliakan orang tuamu dengannya. Terlebih ibu yang telah mengandung dan menyusuimu (Abu A’la Al Ma’rriy)

Pudarnya Cahaya Cleopatra -Raihana- (kopas)

Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalan kandungan aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal.”Ibunya Raihana adalah teman karib ibu waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu” kata ibu. “Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu”, ucap beliau dengan nada mengiba.

Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku. Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya. Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai. Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun. Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali. Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik, “cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli ! kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas arab, dan bibir yang merah. Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia. Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku. Hari pernikahan datang. Duduk dipelaminan bagai mayat hidup, hati hampa tanpa cinta, Pestapun meriah dengan empat group rebana. Lantunan shalawat Nabipun terasa menusuk-nusuk hati. Kulihat Raihana tersenyum manis, tetapi hatiku terasa teriris-iris dan jiwaku meronta. Satu-satunya harapanku adalah mendapat berkah dari Allah SWT atas baktiku pada ibuku yang kucintai. Rabbighfir li wa liwalidayya! Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar karena aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya. Raihana tersenyum mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku.

Tepat dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang. Mulailah kehidupan hampa. Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang bernama Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh. Suaranya yang lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing. Memasuki bulan keempat, rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini muncul begitu saja. Aku mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada istri sendiri yang seharusnya kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang tamu atau ruang kerja. Aku merasa hidupku ada lah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia, keberadaanku sia-sia. Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihanapun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang berpendidikan, maka diapun tanya, tetapi kujawab “tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku belum dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga “Ada kekagetan yang kutangkap diwajah Raihana ketika kupanggil ‘mbak’, “kenapa mas memanggilku mbak, aku kan istrimu, apa mas sudah tidak mencintaiku” tanyanya dengan guratan wajah yang sedih. “wallahu a’lam” jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam menunduk, tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, “Kalau mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri kenapa mas ucapkan akad nikah? Kalau dalam tingkahku melayani mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa mas tidak bilang dan menegurnya, kenapa mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk membahagiakan mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku didunia ini”. Raihana mengiba penuh pasrah. Aku menangis menitikan air mata buka karena Raihana tetapi karena kepatunganku.

Hari terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan. Kami hidup seperti orang asing tetapi Raihana tetap melayaniku menyiapkan segalanya untukku. Suatu sore aku pulang mengajar dan kehujanan, sampai dirumah habis maghrib, bibirku pucat, perutku belum kemasukkan apa-apa kecuali segelas kopi buatan Raihana tadi pagi, Memang aku berangkat pagi karena ada janji dengan teman. Raihana memandangiku dengan khawatir. “Mas tidak apa-apa” tanyanya dengan perasaan kuatir. “Mas mandi dengan air panas saja, aku sedang menggodoknya, lima menit lagi mendidih” lanjutnya. Aku melepas semua pakaian yang basah. “Mas airnya sudah siap” kata Raihana. Aku tak bicara sepatah katapun, aku langsung ke kamar mandi, aku lupa membawa handuk, tetapi Raihana telah berdiri didepan pintu membawa handuk. “Mas aku buatkan wedang jahe” Aku diam saja. Aku merasa mulas dan mual dalam perutku tak bisa kutahan. Dengan cepat aku berlari ke kamar mandi dan Raihana mengejarku dan memijit-mijit pundak dan tengkukku seperti yang dilakukan ibu. “Mas masuk angin. Biasanya kalau masuk angin diobati pakai apa, pakai balsam, minyak putih, atau jamu?” Tanya Raihana sambil menuntunku ke kamar. “Mas jangan diam saja dong, aku kan tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membantu Mas”. “Biasanya dikerokin” jawabku lirih. “Kalau begitu kaos mas dilepas ya, biar Hana kerokin” sahut Raihana sambil tangannya melepas kaosku. Aku seperti anak kecil yang dimanja ibunya. Raihana dengan sabar mengerokin punggungku dengan sentuhan tangannya yang halus. Setelah selesai dikerokin, Raihana membawakanku semangkok bubur kacang hijau.

Setelah itu aku merebahkan diri di tempat tidur. Kulihat Raihana duduk di kursi tak jauh dari tempat tidur sambil menghafal Al Quran dengan khusyu. Aku kembali sedih dan ingin menangis, Raihana manis tapi tak semanis gadis-gadis mesir titisan Cleopatra. Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Cleopatra, ia mengundangku untuk makan malam di istananya. “Aku punya keponakan namanya Mona Zaki, nanti akan aku perkenalkan denganmu” kata Ratu Cleopatra. “Dia memintaku untuk mencarikannya seorang pangeran, aku melihatmu cocok dan berniat memperkenalkannya denganmu”. Aku mempersiapkan segalanya. Tepat puku 07.00 aku datang ke istana, kulihat Mona Zaki dengan pakaian pengantinnya, cantik sekali. Sang ratu mempersilakan aku duduk di kursi yang berhias berlian. Aku melangkah maju, belum sempat duduk, tiba-tiba “Mas, bangun, sudah jam setengah empat, mas belum sholat Isya” kata Raihana membangunkanku. Aku terbangun dengan perasaan kecewa. “Maafkan aku Mas, membuat Mas kurang suka, tetapi Mas belum sholat Isya” lirih Hana sambil melepas mukenanya, mungkin dia baru selesai sholat malam. Meskipun cuman mimpi tapi itu indah sekali, tapi sayang terputus. Aku jadi semakin tidak suka sama dia, dialah pemutus harapanku dan mimpi-mimpiku. Tapi apakah dia bersalah, bukankah dia berbuat baik membangunkanku untuk sholat Isya. Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya. Rasa tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol. Aku belum bisa menyukai Raihana. Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa bisa dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra. “Mas, nanti sore ada acara qiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang termasuk ibundamu. Kita diundang juga. Yuk, kita datang bareng, tidak enak kalau kita yang dieluk-elukan keluarga tidak datang.” Suara lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku pada Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi onde-onde kesukaanku dan segelas wedang jahe. Tangannya yang halus agak gemetar. Aku dingin-dingin saja. “Maaf… maaf jika mengganggu Mas, maafkan Hana, “lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang kerja. “Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din..Dinda Hana!, panggilku dengan suara parau tercekak dalam tenggorokan. “Ya Mas!” sahut Hana langsung menghentikan langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil “dinda”. “Matanya sedikit berbinar. “Te.. terima kasih Di..dinda, kita berangkat bareng kesana, habis sholat dhuhur, Insya Allah.” ucapku sambil menatap wajah Hana dengan senyum yang kupaksakan. Raihana menatapku dengan wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar dibibirnya. “Terima kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda siapkan? Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?”. Hana begitu bahagia.

Perempuan berjilbab ini memang luar biasa, Ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun aku dingin dan acuh tak acuh padanya selama ini. Aku belum pernah melihatnya memasang wajah masam atau tidak suka padaku. Kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah tidak sukanya belum pernah. Bah, lelaki macam apa aku ini, kutukku pada diriku sendiri. Aku memaki-maki diriku sendiri atas sikap dinginku selama ini., Tapi, setetes embun cinta yang kuharapkan membasahi hatiku tak juga turun. Kecantikan aura titisan Cleopatra itu? Bagaimana aku mengusirnya. Aku merasa menjadi orang yang paling membenci diriku sendiri di dunia ini. Acara pengajian dan qiqah putra ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa sejarah baru lembaran pernikahan kami. Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan keluarga, disambut hangat, penuh cinta, dan penuh bangga. “Selamat datang pengantin baru! Selamat datang pasangan yang paling ideal dalam keluarga! Sambut Yu Imah disambut tepuk tangan bahagia mertua dan bundaku serta kerabat yang lain. Wajah Raihana cerah. Matanya berbinar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hatiku menangis disebut pasangan ideal. Apanya yang ideal.

Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik dikampusnya dan hafal Al Quran lantas disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan istrinya, saling memiliki rasa cinta yang sampai pada pengorbanan satu sama lain. Rasa cinta yang tidak lagi memungkinkan adanya pengkhianatan. Rasa cinta yang dari detik ke detik meneteskan rasa bahagia. Tapi diriku? Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimiliki Raihana. Sambutan sanak saudara pada kami benar-benar hangat. Aku dibuat kaget oleh sikap Raihana yang begitu kuat menjaga kewibawaanku di mata keluarga. Pada ibuku dan semuanya tidak pernah diceritakan, kecuali menyanjung kebaikanku sebagai seorang suami yang dicintainya. Bahkan ia mengaku bangga dan bahagia menjadi istriku. Aku sendiri dibuat pusing dengan sikapku. Lebih pusing lagi sikap ibuku dan mertuaku yang menyindir tentang keturunan. “Sudah satu tahun putra sulungku menikah, koq belum ada tanda-tandanya ya, padahal aku ingin sekali menimang cucu” kata ibuku. “Insya Allah tak lama lagi, ibu akan menimang cucu, doakanlah kami. Bukankah begitu, Mas?” sahut Raihana sambil menyikut lenganku, aku tergagap dan mengangguk sekenanya. Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-pura kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura. Sebab bukan atas dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku. Allah Maha Kuasa. Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri. Raihana hamil. Ia semakin manis. Keluarga bersuka cita semua. Namun hatiku menangis karena cinta tak kunjung tiba.

Tuhan kasihanilah hamba, datangkanlah cinta itu segera. Sejak itu aku semakin sedih sehingga Raihana yang sedang hamil tidak kuperhatikan lagi. Setiap saat nuraniku bertanya “Mana tanggung jawabmu!” Aku hanya diam dan mendesah sedih. “Entahlah, betapa sulit aku menemukan cinta” gumamku. Dan akhirnya datanglah hari itu, usia kehamilan Raihana memasuki bulan ke enam. Raihana minta ijin untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alasan kesehatan. Kukabulkan permintaanya dan kuantarkan dia kerumahnya. Karena rumah mertua jauh dari kampus tempat aku mengajar, mertuaku tak menaruh curiga ketika aku harus tetap tinggal dikontrakan. Ketika aku pamitan, Raihana berpesan, “Mas untuk menambah biaya kelahiran anak kita, tolong nanti cairkan tabunganku yang ada di ATM. Aku taruh dibawah bantal, no.pinnya sama dengan tanggal pernikahan kita”. Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku sedikit lega. Setiap hari Aku tidak bertemu dengan orang yang membuatku tidak nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Hanya saja aku sedikit repot, harus menyiapkan segalanya. Tapi toh bukan masalah bagiku, karena aku sudah terbiasa saat kuliah di Mesir.

Waktu terus berjalan, dan aku merasa enjoy tanpa Raihana. Suatu saat aku pulang kehujanan. Sampai rumah hari sudah petang, aku merasa tubuhku benar-benar lemas. Aku muntah-muntah, menggigil, kepala pusing dan perut mual. Saat itu terlintas dihati andaikan ada Raihana, dia pasti telah menyiapkan air panas, bubur kacang hijau, membantu mengobati masuk angin dengan mengeroki punggungku, lalu menyuruhku istirahat dan menutupi tubuhku dengan selimut. Malam itu aku benar-benar tersiksa dan menderita. Aku terbangun jam enam pagi. Badan sudah segar. Tapi ada penyesalan dalam hati, aku belum sholat Isya dan terlambat sholat subuh. Baru sedikit terasa, andaikan ada Raihana tentu aku ngak meninggalkan sholat Isya, dan tidak terlambat sholat subuh. Lintasan Raihana hilang seiring keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi aku mendapat tugas dari universitas untuk mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah bahasa arab. Diantaranya tutornya adalah professor bahasa arab dari Mesir. Aku jadi banyak berbincang dengan beliau tentang mesir. Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan Pak Qalyubi, seorang dosen bahasa arab dari Medan. Dia menempuh S1-nya di Mesir. Dia menceritakan satu pengalaman hidup yang menurutnya pahit dan terlanjur dijalani. “Apakah kamu sudah menikah?” kata Pak Qalyubi. “Alhamdulillah, sudah” jawabku. “Dengan orang mana?”. “Orang Jawa”. “Pasti orang yang baik ya. Iya kan? Biasanya pulang dari Mesir banyak saudara yang menawarkan untuk menikah dengan perempuan shalehah. Paling tidak santriwati, lulusan pesantren. Istrimu dari pesantren?”. “Pernah, alhamdulillah dia sarjana dan hafal Al Quran”. “Kau sangat beruntung, tidak sepertiku”. “Kenapa dengan Bapak?” “Aku melakukan langkah yang salah, seandainya aku tidak menikah dengan orang Mesir itu, tentu batinku tidak merana seperti sekarang”. “Bagaimana itu bisa terjadi?”. Kamu tentu tahu kan gadis Mesir itu cantik-cantik, dank arena terpesona dengan kecantikanya saya menderita seperti ini.

Ceritanya begini, Saya seorang anak tunggal dari seorang yang kaya, saya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tua. Disana saya bersama kakak kelas namanya Fadhil, orang Medan juga. Seiring dengan berjalannya waktu, tahun pertama saya lulus dengan predkat jayyid, predikat yang cukup sulit bagi pelajar dari Indonesia. Demikian juga dengan tahun kedua. Karena prestasi saya, tuan rumah tempat saya tinggal menyukai saya. Saya dikenalkan dengan anak gadisnya yang bernama Yasmin. Dia tidak pakai jilbab. Pada pandangan pertama saya jatuh cinta, saya belum pernah melihat gadis secantuk itu. Saya bersumpah tidak akan menikaha dengan siapapun kecuali dia. Ternyata perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Kisah cinta saya didengar oleh Fadhil. Fadhil membuat garis tegas, akhiri hubungan dengan anak tuan rumah itu atau sekalian lanjutkan dengan menikahinya. Saya memilih yang kedua. Ketika saya menikahi Yasmin, banyak teman-teman yang memberi masukan begini, sama-sama menikah dengan gadis Mesir, kenapa tidak mencari mahasiswi Al Azhar yang hafal Al Quran, salehah, dan berjilbab. Itu lebih selamat dari pada dengan YAsmin yang awam pengetahuan agamanya. Tetpai saya tetap teguh untuk menikahinya. Dengan biaya yang tinggi saya berhasil menikahi YAsmin. Yasmin menuntut diberi sesuatu yang lebih dari gadis Mesir. Perabot rumah yang mewah, menginap di hotel berbintang. Begitu selesai S1 saya kembali ke Medan, saya minta agar asset yang di Mesir dijual untuk modal di Indonesia. KAmi langsung membeli rumah yang cukup mewah di kota Medan. Tahun-tahun pertama hidup kami berjalan baik, setiap tahunnya Yasmin mengajak ke Mesir menengok orang tuanya. Aku masih bisa memenuhi semua yang diinginkan Yasmin. Hidup terus berjalan, biaya hidup semakin nambah, anak kami yang ketiga lahir, tetapi pemasukan tidak bertambah. Saya minta Yasmin untuk berhemat. Tidak setiap tahun tetapi tiga tahun sekali YAsmin tidak bisa. Aku mati-matian berbisnis, demi keinginan Yasmin dan anak-anak terpenuhi. Sawah terakhir milik Ayah saya jual untuk modal. Dalam diri saya mulai muncul penyesalan. Setiap kali saya melihat teman-teman alumni Mesir yang hidup dengan tenang dan damai dengan istrinya. Bisa mengamalkan ilmu dan bisa berdakwah dengan baik. Dicintai masyarakat. Saya tidak mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Jika saya pengin rending, saya harus ke warung. Yasmin tidak mau tahu dengan masakan Indonesia. Kau tahu sendiri, gadis Mesir biasanya memanggil suaminya dengan namanya. Jika ada sedikit letupan, maka rumah seperti neraka. Puncak penderitaan saya dimulai setahun yang lalu. Usaha saya bangkrut, saya minta YAsmin untuk menjual perhiasannya, tetapi dia tidak mau. Dia malah membandingkan dirinya yang hidup serba kurang dengan sepupunya. Sepupunya mendapat suami orang Mesir. Saya menyesal meletakkan kecantikan diatas segalanya. Saya telah diperbudak dengan kecantikannya. Mengetahui keadaan saya yang terjepit, ayah dan ibu mengalah. Mereka menjual rumah dan tanah, yang akhirnya mereka tinggal di ruko yang kecil dan sempit. Batin saya menangis. Mereka berharap modal itu cukup untuk merintis bisnis saya yang bangkrut.

Bisnis saya mulai bangkit, Yasmin mulai berulah, dia mengajak ke Mesir. Waktu di Mesir itulah puncak tragedy yang menyakitkan. “Aku menyesal menikah dengan orang Indonesia, aku minta kau ceraikan aku, aku tidak bisa bahagia kecuali dengan lelaki Mesir”. Kata Yasmin yang bagaikan geledek menyambar. Lalu tanpa dosa dia bercerita bahwa tadi di KBRI dia bertemu dengan temannya. Teman lamanya itu sudah jadi bisnisman, dan istrinya sudah meninggal. Yasmin diajak makan siang, dan dilanjutkan dengan perselingkuhan. Aku pukul dia karena tak bisa menahan diri. Atas tindakan itu saya dilaporkan ke polisi. Yang menyakitkan adalah tak satupun keluarganya yang membelaku. Rupanya selama ini Yasmin sering mengirim surat yang berisi berita bohong. Sejak saat itu saya mengalami depresi. Dua bulan yang lalu saya mendapat surat cerai dari Mesir sekaligus mendapat salinan surat nikah Yasmin dengan temannya. Hati saya sangat sakit, ketika si sulung menggigau meminta ibunya pulang”. Mendengar cerita Pak Qulyubi membuatku terisak-isak. Perjalanan hidupnya menyadarkanku. Aku teringat Raihana. Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak terasa sudah dua bualn aku berpisah dengannya. Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap dihati. Dia istri yang sangat shalehah. Tidak pernah meminta apapun. Bahkan yang keluar adalah pengabdian dan pengorbanan. Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan istri seperti dia. Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajah Raihana telah menyala didindingnya. Apa yang sedang dilakukan Raihana sekarang? Bagaimana kandungannya? Sudah delapan bulan. Sebentar lagi melahirkan. Aku jadi teringat pesannya. Dia ingin agar aku mencairkan tabungannya. Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke toko baju muslim, aku ingin membelikannya untuk Raihana, juga daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia tersenyum menyambut kedatanganku. Aku tidak langsung ke rumah mertua, tetapi ke kontrakan untuk mengambil uang tabungan, yang disimpan dibawah bantal. Dibawah kasur itu kutemukan kertas merah jambu. Hatiku berdesir, darahku terkesiap. Surat cinta siapa ini, rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk istriku. Jangan-jangan ini surat cinta istriku dengan lelaki lain. Gila! Jangan-jangan istriku “serong”?. Dengan rasa takut kubaca surat itu satu persatu. Dan Rabbi ternyata surat-surat itu adalah ungkapan hati Raihana yang selama ini aku zhalimi. Ia menulis, betapa ia mati-matian mencintaiku, meredam rindunya akan belaianku. Ia menguatkan diri untuk menahan nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya Allah lah tempat ia meratap melabuhkan dukanya. Dan ya… Allah, ia tetap setia memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya. Dan betapa dia ingin hadirnya cinta sejati dariku. “Rabbi dengan penuh kesyukuran, hamba bersimpuh dihadapan-Mu. Lakal hamdu ya Rabb. Telah muliakan hamba dengan Al Quran. Kalaulah bukan karena karunia-Mu yang agung ini, niscaya hamba sudah terperosok kedalam jurang kenistaan. Ya Rabbi, curahkan tambahan kesabaran dalam diri hamba” tulis Raihana.

Dalam akhir tulisannya Raihana berdoa “Ya Allah inilah hamba-Mu yang kerdil penuh noda dan dosa kembali datang mengetuk pintumu, melabuhkan derita jiwa ini kehadirat-Mu. Ya Allah sudah tujuh bulan ini hamba-Mu ini hamil penuh derita dan kepayahan. Namun kenapa begitu tega suami hamba tak mempedulikanku dan menelantarkanku. Masih kurang apa rasa cinta hamba padanya. Masih kurang apa kesetiaanku padanya. Masih kurang apa baktiku padanya? Ya Allah, jika memang masih ada yang kurang, ilhamkanlah pada hamba-Mu ini cara berakhlak yang lebih mulia lagi pada suamiku. Ya Allah, dengan rahmatMu hamba mohon jangan murkai dia karena kelalaiannya. Cukup hamba saja yang menderita. Maafkanlah dia, dengan penuh cinta hamba masih tetap menyayanginya. Ya Allah berilah hamba kekuatan untuk tetap berbakti dan memuliakannya. Ya Allah, Engkau maha Tahu bahwa hamba sangat mencintainya karena-Mu. Sampaikanlah rasa cinta ini kepadanya dengan cara-Mu. Tegurlah dia dengan teguran-Mu. Ya Allah dengarkanlah doa hamba-Mu ini. Tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau”. Tak terasa air mataku mengalir, dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Tangisku meledak. Dalam tangisku semua kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang baby face dan teduh, pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut, tanganya yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang mengalirkan perasaan haru dan cinta. Dalam keharuan terasa ada angina sejuk yang turun dari langit dan merasuk dalam jiwaku. Seketika itu pesona Cleopatra telah memudar berganti cinta Raihana yang datang di hati. Rasa sayang dan cinta pada Raihan tiba-tiba begitu kuat mengakar dalam hatiku. Cahaya Raihana terus berkilat-kilat dimata. Aku tiba-tiba begitu merindukannya. Segera kukejar waktu untuk membagi cintaku dengan Raihana. Kukebut kendaraanku. Kupacu kencang seiring dengan air mataku yang menetes sepanjang jalan. Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak. Kutahan dengan nafas panjang dan kuusap air mataku. Melihat kedatanganku, ibu mertuaku memelukku dan menangis tersedu-sedu. Aku jadi heran dan ikut menangis. “Mana Raihana Bu?”. Ibu mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa sebenarnya yang telah terjadi. “Raihana… istrimu..istrimu dan anakmu yang dikandungnya”. “Ada apa dengan dia”. “Dia telah tiada”. “Ibu berkata apa!”. “Istrimu telah meninggal seminggu yang lalu. Dia terjatuh di kamar mandi.

Kami membawanya ke rumah sakit. Dia dan bayinya tidak selamat. Sebelum meninggal, dia berpesan untuk memintakan maaf atas segala kekurangan dan kekhilafannya selama menyertaimu. Dia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia. Dia meminta maaf telah dengan tidak sengaja membuatmu menderita. Dia minta kau meridhionya”. Hatiku bergetar hebat. “Ke…. kenapa ibu tidak memberi kabar padaku?”. “Ketika Raihana dibawa ke rumah sakit, aku telah mengutus seseorang untuk menjemputmu di rumah kontrakan, tapi kamu tidak ada. Dihubungi ke kampus katanya kamu sedang mengikuti pelatihan. Kami tidak ingin mengganggumu. Apalagi Raihana berpesan agar kami tidak mengganggu ketenanganmu selama pelatihan. Dan ketika Raihana meninggal kami sangat sedih, Jadi maafkanlah kami”. Aku menangis tersedu-sedu. Hatiku pilu. Jiwaku remuk. Ketika aku merasakan cinta Raihana, dia telah tiada. Ketika aku ingin menebus dosaku, dia telah meninggalkanku. Ketika aku ingin memuliakannya dia telah tiada. Dia telah meninggalkan aku tanpa memberi kesempatan padaku untuk sekedar minta maaf dan tersenyum padanya. Tuhan telah menghukumku dengan penyesalan dan perasaan bersalah tiada terkira. Ibu mertua mengajakku ke sebuah gundukan tanah yang masih baru dikuburan pinggir desa.

Diatas gundukan itu ada dua buah batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana tertulis disana. Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu dan penyesalan yang luar biasa. Aku ingin Raihana hidup kembali. Dunia tiba-tiba gelap semua…..

 

 

 

Sumber : Buku “Pudarnya Pesona Cleopatra” (Novel Psikologi Islam Pembangun Jiwa)
Karya: Habiburrahman El Shirazy (Penulis Novel best seller Ayat-ayat Cinta)